Banda Aceh (ANTARA) - Psikolog anak Endang Setianingsih menilai pengaruh hedonisme (gaya hidup) menjadi salah satu penyebab terjadinya prostitusi anak yang terus berulang di Aceh.

"Hedonisme itu sendiri suatu paham yang dianut oleh remaja tentang pemburu kenikmatan, kesenangan, dan kebahagiaan pribadi yang menjadi tujuan utama dalam menjalani hidup, sehingga mereka dengan mudah tergiur dan terjerumus ke hal negatif," kata Endang Setianingsih, di Banda Aceh, Senin.

Pernyataan ini disampaikan Endang menanggapi adanya dugaan kasus prostitusi anak di Kabupaten Aceh Barat baru-baru ini, apalagi masalah serupa sudah sering terjadi dan terus berulang di Aceh.

Endang mengaku sangat miris mendengar pemberitaan prostitusi anak kembali terulang, untuk itu hal tersebut perlu mendapatkan perhatian khusus bagi semua, terutama para orang tua yang kurang mengontrol anaknya.

Baca juga: Semua pihak diajak berkolaborasi cegah prostitusi anak di Pontianak

Baca juga: Polres Madiun ungkap prostitusi daring melibatkan anak di bawah umur


Endang menjelaskan, hedonisme bisa menjadi kemungkinan terbesar pada diri anak karena gaya hidup yang dianut oleh kaum muda adalah pandangan yang berdasarkan pada hawa nafsu semata.

"Hal tersebut sangat erat hubungannya dengan kekayaan duniawi, kenikmatan batin, kenikmatan seksual, serta kebebasan dan kekuasaan," ujarnya.

Endang menyampaikan, pemicu dari penganut paham hedonisme itu dapat terjadi akibat faktor internal yakni dirinya sendiri, dimana sudah menjadi sifat dasar manusia ingin memiliki kesenangan sebanyaknya dengan bekerja seringan mungkin.

Kemudian faktor eksternal, dimana pengaruh masuknya budaya luar sangat membuat orang bahagia sehingga beradaptasi dengan budaya tersebut yang dianggap dapat menciptakan kesenangan.

"Tentu ini perlu adanya perhatian khusus terhadap perkembangan anak, baik itu keluarga maupun lingkungan pergaulan anak agar tidak terjerumus pada pergaulan menyimpang," kata Psikolog di Rumah Layanan Psikologi (RLP) itu.

Tak hanya orang tua, Endang juga menilai perhatian pemerintah tentang pendidikan juga sangat penting dan utama, perlu diperketat pada sistem pengawasan dan adanya evaluasi.

Selain hedonisme, Endang melihat juga ada beberapa faktor lain penyebab terjadinya prostitusi yang melibatkan anak diantaranya keluarga.

Keluarga adalah faktor utama dari semua persoalan ini, karena karakter dan pendidikan agama diterima dari dari keluarga atau menjadi madrasah pertama membentuk mental dan jiwa anak.

Kemudian, faktor ekonomi juga bisa menjadi dasar, pendidikan, lingkungan serta perdagangan orang.

"Lingkungan sangat perlu diperhatikan, karena di usia remaja anak mengalami transisi dan pencarian identitas diri, maka anak perlu diawasi ketat," ujar Psikolog forensik anak itu.

Ketua Majelis Pendidikan Daerah (MPD) Kabupaten Aceh Barat baru-baru ini mengendus adanya indikasi dua orang pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) di daerah tersebut menjadi korban prostitusi daring (online).

Dua pelajar yang diduga menjadi korban prostitusi secara daring tersebut diketahui setelah beberapa foto diduga mirip dengan korban beredar di media sosial, sehingga kemudian masalah ini diketahui pihak sekolah dan dilaporkan ke MPD Aceh Barat.*

Baca juga: Rumah buronan FBI sering didatangi anak di bawah umur

Baca juga: Polisi: WNA terlibat prostitusi anak, residivis kasus serupa

Pewarta: Rahmat Fajri
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020