Indonesia saat ini tengah berada dalam fase ke-4 evolusi transportasi perkotaan
Jakarta (ANTARA) - Persatuan Insinyur Indonesia (PII) memprediksi Indonesia akan menghadapi implementasi besar-besaran kendaraan listrik atau electric vehicle (EV), connected-autonomous vehicles atau kendaraan otonom terkoneksi (CAV), dan mobility as a service (MaaS) seiring dengan disrupsi teknologi, yang membawa perubahan besar pada sektor transportasi di Indonesia.

"Dalam beberapa dekade dari sekarang Indonesia akan dibanjiri kendaraan listrik dan kendaraan listrik tanpa pengemudi (otonom), seiring dengan pengembangan teknologi dan inovasi," kata Ketua Umum PII Heru Dewanto dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Pemerintah lakukan public launcing kendaraan listrik berbasis baterai

Menurut Heru, ada empat fitur utama yg menandai tren transportasi dan mobilitas masa depan, yakni autonomous, connected, electrified, and shared (ACES), belum lagi potensi teknologi blockchain yang dapat melengkapi fitur-fitur ini dalam waktu dekat," katanya.

Dalam sebuah webinar bertajuk "Technology Innovation and Business in Transportation Sector", Heru menjelaskan bahwa Indonesia saat ini tengah berada dalam fase ke-4 evolusi transportasi perkotaan, dengan platform ride-hailing (layanan online) menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.

"Layanan kendaraan online adalah sesuatu yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya," ujarnya.

Inovasi teknologi di berbagai negara di seluruh dunia masih berlangsung dalam bentuk dan kecepatan yang berbeda-beda berdasarkan faktor sosial ekonomi, norma sosial budaya, pembangunan infrastruktur transportasi perkotaan, serta kualitas dan ketersediaan angkutan umum.

Indonesia saat ini tengah membangun proyek kereta cepat yang pertama sepanjang 140 kilometer dengan rute Jakarta-Bandung. Bila dibandingkan dengan China yang telah memiliki jaringan kereta cepat mencapai 36 ribu kilometer, Indonesia memang masih ketinggalan.

Meski begitu, inovasi teknologi di sektor transportasi terus dilakukan. Bahkan, penelitian dan pengembangan kendaraan listrik tanpa pengemudi atau kendaraan listrik otonom juga menjadi perhatian pemerintah Indonesia.

Sementara itu, Guru Besar ITB Bambang Riyanto Trilaksono menjelaskan, hingga 2025 setidaknya ada 10 juta kendaraan listrik otonom akan digunakan di jalan.

"Dalam satu dekade, fully autonomous vehicle merupakan keniscayaan," kata Bambang.

Untuk itu, diperlukan arah kebijakan dan kerangka kerja agar kendaraan otonom bisa dioperasikan di ibu kota negara baru dan kota-kota besar di Indonesia.

Kesiapan teknologi diperlukan standar. Selain itu, pemerintah perlu melakukan studi banding terkait regulasi kendaraan listrik otonom di beberapa negara.

"Terutama menyangkut keselamatan sangat penting diperhatikan," ujarnya.

Baca juga: Luhut: Indonesia berpotensi besar jadi produsen kendaraan listrik
Baca juga: RI targetkan hemat devisa 1,8 miliar dolar dari kendaraan listrik

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020