Target ini harus kita dukung untuk mewujudkan Indonesia maju
Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Dharma Wanita Persatuan (DWP) Indonesia dr Erni Guntarti Tjahjo Kumolo mengkhawatirkan pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung sekitar 10 bulan terakhir memperburuk angka kekerdilan di Tanah Air.

"Indonesia sedang menghadapi pandemi COVID-19, di saat bersamaan Indonesia juga dihadapi tantangan gizi buruk khususnya stunting (kekerdilan)," kata dia saat diskusi daring dengan tema "Cegah Stunting Untuk Generasi Berkualitas" yang dipantau di Jakarta, Senin.

Menurut data tim nasional percepatan penanggulangan kemiskinan 2017, prevalensi kekerdilan Indonesia berada di urutan kelima terbesar di dunia. Dari 159 juta anak yang mengalami kekerdilan di seluruh dunia, sembilan juta di antaranya berada di Indonesia.

Bahkan, hasil survei status gizi balita Indonesia pada 2019 menunjukkan prevalensi kekerdilan mencapai 27,67 persen. Artinya, setiap 10 anak Indonesia tiga di antaranya mengalami kekerdilan.

"Angka ini masih di atas batas yang disyaratkan organisasi kesehatan dunia atau WHO," ujar Erni Guntarti.

Baca juga: BKKBN: Peran kaum ibu besar untuk cegah stunting

Badan Kesehatan Dunia atau WHO telah menetapkan batas ambang kekerdilan yakni 20 persen, sedangkan Indonesia telah menyentuh angka 27,67 persen.

Berdasarkan riset peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) persoalan gizi anak merupakan salah satu risiko dampak sosio ekonomi terhadap akibat pandemi COVID-19.

Bahkan, 24 juta balita berisiko lebih tinggi mengalami kurang gizi dan gizi buruk selama masa pandemi COVID-19.

"Sementara itu 'stunting' juga jadi persoalan pangan yang berkepanjangan," kata Erni.

Pemerintah, ujarnya, mulai dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kementerian Kesehatan, rumah sakit dan lembaga lainnya terus berusaha menekan angka kekerdilan.

Pemerintah telah menargetkan penurunan kekerdilan hingga 19 persen pada 2024 yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

"Target ini harus kita dukung untuk mewujudkan Indonesia maju," ujar dia.

Baca juga: Kolaborasi kampus dengan berbagai pihak dapat turunkan angka stunting
Baca juga: Setwapres: Pencegahan stunting tetap lanjut meskipun pandemi

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020