jumlah investor berusia di bawah 30 tahun dan 30 sampai dengan 40 tahun telah mencapai lebih dari 70 persen
Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi mengatakan sebanyak 51 perusahaan telah mencatatkan sahamnya di bursa sepanjang 2020, meskipun pandemi COVID-19 menghantam pasar modal Indonesia.

"Di tengah Pandemi COVID-19, minat perusahaan untuk masuk ke pasar modal tidak surut. Hingga 30 Desember 2020, telah terdapat 51 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering atau IPO dan mencatatkan saham di BEI. Sehingga, sampai dengan saat ini terdapat 713 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di BEI. Indonesia pun masih menjadi bursa dengan jumlah IPO terbanyak di ASEAN," ujar Inarno saat jumpa pers di Jakarta, Rabu.

Aktivitas perdagangan BEI pada 2020 juga mengalami peningkatan yang tercermin dari kenaikan rata-rata frekuensi perdagangan yang tumbuh 32 persen menjadi 619 ribu kali per hari pada November 2020 dan menjadikan likuiditas perdagangan saham BEI lebih tinggi di antara bursa-bursa lainnya di kawasan Asia Tenggara. Pada periode yang sama, Rata-rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) berangsur-angsur pulih dan mencapai nilai Rp9,18 triliun.

Sepanjang 2020, jumlah investor di pasar modal Indonesia yang terdiri atas investor saham, obligasi, maupun reksadana, mengalami peningkatan sebesar 56 persen mencapai 3,87 juta Single Investor Identification (SID) sampai dengan 29 Desember 2020 dari 2,48 juta pada akhir 2019. Kenaikan investor tersebut empat kali lipat lebih tinggi sejak empat tahun terakhir dari 894 ribu investor pada tahun 2016.

Selain itu, investor saham juga naik sebesar 53 persen menjadi sejumlah 1,68 juta SID. Kemudian, jika dilihat dari jumlah investor aktif harian, hingga 29 Desember 2020 terdapat 94 ribu investor atau naik 73 persen dibandingkan akhir tahun lalu.

Direktur Utama Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Uriep Budhi Prasetyo mengatakan peningkatan jumlah investor tersebut salah satunya juga didukung dengan adanya proses digitalisasi di pasar modal Indonesia, khususnya untuk proses pembukaan rekening investasi.

Menurut Uriep, peran platform financial technology (fintech) semakin penting untuk pembukaan rekening investasi di pasar modal. Hal itu didukung dengan data bahwa lebih dari 50 persen investor memiliki rekening investasi di Selling Agent Fintech.

"Penggunaan platform digital tersebut sejalan dengan karakteristik investor pasar modal yang terus bergerak ke usia muda. Berdasarkan data KSEI per 29 Desember 2020, jumlah investor berusia di bawah 30 tahun dan 30 sampai dengan 40 tahun telah mencapai lebih dari 70 persen," ujar Uriep.

Inarno menambahkan peningkatan jumlah investor serta aktivitas transaksi investor harian tentu juga merupakan hasil upaya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Self-Regulatory Organization (SRO) dalam mengedepankan sosialisasi dan edukasi terkait investasi di pasar modal kepada masyarakat.

"Seiring dengan meningkatnya partisipasi investor ritel domestik, rekor transaksi perdagangan baru berhasil dicapai pada tahun 2020 ini, yaitu frekuensi transaksi harian saham tertinggi pada 22 Desember 2020 sebanyak 1.697.537 transaksi," kata Inarno.

Baca juga: Jelang tutup tahun, Solusi Sinergi Digital resmi melantai di bursa
Baca juga: BEI: 20 perusahaan ngantri catatkan saham di bursa
Baca juga: BEI: Total dana hasil IPO sepanjang 2020 capai Rp3,98 triliun

 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020