Jakarta (ANTARA) - Mematuhi protokol kesehatan pencegahan penularan COVID-19 dengan menerapkan 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak serta menghindari kerumunan, dan mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir sudah menjadi kewajiban mutlak yang harus dilakukan oleh semua orang untuk meminimalkan risiko penularan COVID-19.

Penerapan 3M saat ini seharusnya sudah menjadi budaya atau kebiasaan baru yang apabila tidak dilakukan, orang akan merasa seperti melakukan kesalahan.

Seperti halnya seseorang yang hendak bepergian keluar rumah terasa seperti bencana ketika lupa membawa dompet atau telepon genggam, sekarang perasaan yang sama harus pula diterapkan apabila keluar rumah tanpa memakai masker.

Sudah hampir satu tahun virus COVID-19 terdeteksi di Indonesia, seharusnya masyarakat dari Sabang sampai Merauke sudah terbiasa dengan pencegahan 3M yang wajib dilakukan.

Virus SARS CoV 2 penyebab penyakit COVID-19 merupakan virus baru yang belum ditemukan obatnya, dan vaksinnya masih terus dalam pengembangan.

Para ilmuwan masih bekerja keras untuk menyempurnakan vaksin dan mencari berbagai terapi pengobatan yang paling efektif untuk menyembuhkan pasien dari penyakit menular yang dideteksi akhir 2019 di China ini.

Selagi para peneliti berusaha untuk menemukan vaksin dan obat, peran masyarakat yang paling sederhana tetapi sangat penting adalah menerapkan protokol kesehatan secara disiplin.

Pakar imunisasi dr Elizabeth Jane Soepardi mengatakan protokol kesehatan 3M merupakan hasil penelitian dari Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO dan telah ditetapkan sebagai standar bagi semua negara.

Tanpa 3M, yaitu ketika orang tidak melakukan apapun untuk mencegah COVID-19, risiko kemungkinan tertular virus SARS CoV 2 adalah 100 persen. Namun, apabila protokol kesehatan 3M itu dilakukan dengan disiplin, risiko tersebut berubah signifikan.

Menurut Jane, Kalau kita mencuci tangan dengan sabun selama 20 detik, itu menurunkan risiko penularan hingga 35 persen.

Baca juga: Sudah divaksin COVID-19, perlukah tetap lakukan 3M?

Baca juga: Satgas: Kesiapan daerah distribusi vaksin COVID-19 sudah cukup baik


Tidak berdiri sendiri

Protokol kesehatan 3M tersebut tidak bisa berdiri sendiri melainkan harus dilakukan ketiganya secara bersamaan.

Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir akan semakin menurunkan risiko penularan menjadi 45 persen jika dipadukan dengan memakai masker kain tiga lapis. Namun, bila dipadukan dengan menggunakan masker bedah risiko penularan bisa turun menjadi 70 persen.

Selanjutnya jika mencuci tangan dan memakai masker ditambah lagi dengan kebiasaan menjaga jarak fisik minimal satu meter, risiko terinfeksi COVID-19 akan semakin menurun hingga 85 persen.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan per tanggal 2 Januari 2021, jumlah kumulatif kasus COVID-19 di Indonesia mencapai 758.437 kasus dengan penambahan kasus positif per harinya mencapai 7.203 orang.

Walaupun persentase pasien COVID-19 di Indonesia yang berhasil pulih di atas rata-rata dunia dengan tingkat kesembuhan mencapai 82,47 persen, namun jumlah penambahan kasus di Tanah Air belum menunjukkan adanya indikasi penurunan.

Dokter spesialis paru dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr Anna Rozaliyani M.Biomed Sp.P yang juga bekerja sebagai tenaga kesehatan di RS Darurat COVID-19 Wisma Atlet mengakui bahwa sekitar 80 persen pasien COVID-19 hanya mengalami gejala ringan.

Namun, masih terdapat 15 persen lainnya yang mengalami gejala berat dan 5 persen sisanya harus menjalani perawatan intensif di ICU.

Anna memberikan perhatian pada kasus positif COVID-19 di Indonesia yang terus mengalami penambahan. Menurutnya, hal ini merefleksikan tidak optimalnya protokol kesehatan 3M dijalankan di kalangan masyarakat.

Anna berpendapat kebanyakan masyarakat merasa aman ketika berada pada lingkungan dekatnya bersama orang-orang yang dikenal seperti di perkantoran ataupun lingkungan keluarga. Namun, justru pada saat orang-orang merasa aman itulah bahaya akan penularan virus mengintai. Tidak heran kemudian muncul kluster penularan COVID-19 di lingkungan perkantoran dan kluster keluarga.

Terkadang masyarakat merasa aman berbicara dengan saudaranya, keluarganya, sehingga tidak memakai masker, padahal masih tetap ada risiko di sana.

Baca juga: Sembilan bulan pandemi COVID-19, sudah amankah ke salon?

Baca juga: Satgas: Vaksin belum tentu 100 persen lindungi masyarakat


Penyakit penyerta

Pada setiap keluarga pasti masih ada salah satu anggotanya yang harus bepergian keluar rumah untuk beraktivitas atau bekerja. Jika salah seorang anggota keluarga tersebut tidak menerapkan protokol kesehatan 3M dengan disiplin, pada saat itulah risiko penularan berpotensi terjadi ketika seluruh anggota keluarga pulang ke rumah.

Terlebih lagi untuk beberapa orang bisa mengalami infeksi tanpa gejala atau asimptomatik, yang mana orang tersebut terlihat baik-baik saja namun sebenarnya pembawa virus dan bisa menularkan ke orang lain.

Bahaya lain lagi ketika terjadi penularan di lingkungan keluarga adalah potensi infeksi pada kelompok masyarakat yang rentan bila tertular seperti lansia dan orang dengan penyakit penyerta atau komorbid. Lansia dan orang dengan komorbid berisiko mengalami gejala yang lebih berat apabila terinfeksi dibandingkan kelompok masyarakat muda yang sehat.

Kasus berat dan kematian meningkat pada orang dengan penyakit penyerta seperti penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit paru kronis, hipertensi, kanker, dan usia di atas 60 tahun.

Kondisi lain di luar faktor risiko yang memperberat kasus COVID-19 lainnya, menurut Anna, adalah orang dengan kelebihan berat badan atau obesitas. Seseorang yang tidak memiliki penyakit penyerta, namun memiliki tubuh dengan berat badan berlebih juga bisa mengalami gejala yang lebih berat ketika terinfeksi COVID-19.

Saat ini vaksin COVID-19 di berbagai penjuru dunia sedang dalam tahap finalisasi dan beberapa negara sudah mulai menjalankan program imunisasi. Di Indonesia pun vaksinasi COVID-19 untuk mencapai kekebalan komunal atau herd immunity tinggal selangkah lagi.

COVID-19 ini benar-benar tidak bisa diremehkan walaupun sudah ada vaksin, jangan lupa menerapkan protokol kesehatan 3M.*

Baca juga: Aa Gym ingatkan umat pentingnya 3M saat pandemi agar tidak zalim

Baca juga: Penerapan 3M-3T dengan ketat dan masif efektif kendalikan pandemi


 

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021