Jakarta (ANTARA) - ​Perajin tahu-tempe di kawasan Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, mengharapkan adanya pasokan kedelai lokal untuk produksi makanan tersebut.

Hingga kini produksi panganan rakyat tersebut masih 100 persen menggunakan kedelai impor.

"Katanya Menteri berjanji akan menstabilkan harga kedelai dan memperkuat kedelai lokal," ujar pemilik Pabrik Tahu Karisma Abu Ajis usai tempat usahanya didatangi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam operasi kedelai di Jakarta, Kamis.

Ajis mengatakan perajin tempe dan tahu lebih mengharapkan kedelai lokal ketimbang kedelai impor, sebab memiliki rasa lebih lezat dan gurih sehingga lebih dipilih konsumen.

Namun pasokan kedelai lokal cenderung kecil. Begitu pula dengan margin harga kedelai lokal yang jauh lebih tinggi ketimbang kedelai impor.

Baca juga: Produsen tahu tempe DKI mogok produksi mulai Jumat ini
Baca juga: Sudin Ketahanan Pangan Jaksel pastikan ketersediaan tahu tempe aman
Pekerja mengolah kedelai untuk dijadikan tempe di Pabrik Tempe Kawasan Kali Sentiong, Jakarta, Sabtu (28/7/2018). (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)
Kedelai impor saat ini mencapai Rp9.500 per kilogram (kg), namun belum seberapa dibanding kedelai lokal yang dapat mencapai harga Rp16.000 per kilogram.

"Kalau produksi dari bahan baku kedelai lokal kalau hanya ada pesanan saja. Kalau tidak ada pesanan tidak berani," kata Ajis.

Dia beranggapan jika harga kedelai lokal bisa bersaing dengan kedelai impor, sekitar Rp9.000-10.000, tidak mustahil perajin tahu-tempe dapat memproduksi makanan dengan kedelai lokal.

Angka itu juga dirasa masih kompetitif, jika dibanding kedelai impor yang saat ini harganya mencapai Rp9.500 per kilogram.

Ajis berharap Kementerian Pertanian RI dapat memperbanyak pasokan kedelai lokal sehingga rentang harga tidak jauh dari kedelai impor.
 

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2021