Minyak Brent untuk pengiriman Maret naik delapan sen menjadi menetap di 54,38 dolar AS per barel
New York (ANTARA) - Harga minyak menetap lebih tinggi pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), mencapai level tertinggi 11 bulan, karena pasar tetap fokus pada janji tak terduga Arab Saudi untuk memperdalam pemotongan produksi dan penguatan ekuitas, mengabaikan gejolak politik di Amerika Serikat.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret naik delapan sen menjadi menetap di 54,38 dolar AS per barel setelah menyentuh 54,90 dolar, posisi tertinggi yang tidak terlihat sejak sebelum penguncian COVID-19 pertama di Barat.

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS bertambah 20 sen menjadi ditutup pada 50,83 dolar AS per barel, setelah mencapai sesi tertinggi di 51,28 dolar AS.

Baca juga: Harga minyak melonjak tertinggi 10 bulan, pasca-Saudi pangkas produksi

Pada Rabu (6/1/2021), harga minyak mentah berjangka sempat turun ketika pendukung Presiden Donald Trump menyerbu Capitol AS, setelah Trump mendesak mereka untuk memprotes pengesahan Kongres atas kekalahannya dalam pemilihan.

Harga minyak minggu ini telah didukung oleh janji Arab Saudi, eksportir minyak terbesar dunia, untuk memangkas produksi dengan tambahan satu juta barel per hari (bph) pada Februari dan Maret.

“Pada bulan depan, pasar bullish ini dapat kembali ke level yang lebih tinggi terutama dengan diuntungkan dari pengurangan produksi sukarela sebesar satu juta barel per hari di Arab Saudi,” kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois, dikutip dari Reuters.

Tujuh kargo minyak mentah Brent dibeli dan dijual di jendela perdagangan yang dioperasikan oleh Platts pada Kamis (7/1/2021), jumlah rekor yang menurut sumber perdagangan mungkin mencerminkan pasokan yang lebih ketat setelah pemotongan yang mengejutkan.

“Arab Saudi ... sangat mengetahui hubungan antara harga minyak dan tingkat persediaan global. Persediaan yang lebih rendah sama dengan harga yang lebih tinggi," kata kepala analis komoditas SEB, Bjarne Schieldrop.

Ekuitas global lebih tinggi karena investor percaya Presiden terpilih dari Partai Demokrat AS Joe Biden akan memperdayakan belanja lebih bebas menyusul kemenangan dua Demokrat dalam pemilihan Senat di Georgia yang memberi partai kendali atas kedua kamar di Kongres AS.

"Langkah-langkah stimulus yang diharapkan di bawah pemerintahan Biden yang kemungkinan akan mencakup investasi infrastruktur yang signifikan merupakan pertimbangan pendukung yang mampu meningkatkan permintaan bensin dan solar," kata Ritterbusch.

Baca juga: Emas naik tipis terganjal penguatan dolar dan imbal hasil obligasi AS
Baca juga: Wall Street dibuka naik setelah Kongres mengesahkan kemenangan Biden

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021