Jakarta (ANTARA) - Di sebuah desa kecil di Hongaria timur, lebih dari 20.000 boneka beruang "hibernasi" di gudang, menunggu pandemi virus corona mereda sehingga mereka dapat membawa kegembiraan untuk anak-anak di tempat penitipan.

Dijuluki "Mama Teddy Bear", Valeria Schmidt menyimpan koleksi beruangnya yang berharga, yang sekarang dikemas dalam kantong plastik untuk tidur panjang selama musim dingin karena pembatasan wilayah parsial berlaku di Hungaria akibat kasus virus corona yang kembali muncul.

"Saya memberikan boneka beruang untuk tempat penitipan, prasekolah dan keluarga tidak mampu. Saya membuat pameran untuk institusi (anak), semacam pojok teddy bear yang menenangkan di mana anak bisa bermain dengan 30-50 boneka," kata Schmidt seperti dikutip dari Reuters.

Baca juga: Perusahaan Pantai Gading buat boneka berkulit hitam untuk anak Afrika

Baca juga: Bermain boneka dapat kembangkan empati dan keterampilan sosial


"Sayangnya saya tidak bisa melakukan itu sekarang akibat virus."

Perempuan 62 tahun yang punya empat anak ini sudah mengoleksi boneka beruang selama 40 tahun, bahkan masuk Guinness Book of Records 2019 untuk kategori koleksi boneka beruang terbanyak di dunia.

Kecintaannya kepada beruang tumbuh dari trauma masa kecil. Orangtuanya bercerai saat dia masih berusia empat tahun, dia tumbuh dalam kemiskinan dan ibunya adalah pemabuk berat.

"Bukan cuma tidak punya mainan, kami juga hampir tidak punya pakaian. Makanya saya ingin boneka beruang agar bisa memeluknya dan mendapatkan cinta darinya."

Dia memeluk dan sering membelai boneka-bonekanya dalam sehari, dan dia mengatakan boneka-boneka itu telah menyembuhkan jiwanya.

"Sekarang boneka beruang ini sudah menggantikan rasa lapar, kurang cinta, kurang mainan dan segalanya. Apalagi ketika saya lihat anak-anak datang ke pameran dan saya melihat kebahagiaan di mata mereka."

Baca juga: Mattel rilis boneka "netral gender"

Baca juga: Teddy Bear, cara warga Selandia Baru saling dukung selama karantina

Baca juga: Berburu boneka beruang, usir bosan anak-anak akibat corona

Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021