Jakarta (ANTARA) - Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek)/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong para peneliti untuk menciptakan alat skrining atau penapisan COVID-19 yang murah dan nyaman dipakai.

"Kemenristek/BRIN tetap membuka peluang bagi para peneliti untuk terus melahirkan alat-alat skrining yang memenuhi kriteria penting," kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang PS Brodjonegoro dalam Webinar GeNose C19 - Inovasi Teknologi Alat Kesehatan Anak Bangsa, Jakarta, Jumat.

Menristek Bambang menuturkan kriteria penting tersebut adalah mudah dan nyaman dipakai, harga terjangkau, serta tingkat akurasi yang tinggi.

"Bagaimanapun tes yang mahal, skrining yang mahal akan memberatkan sebagian masyarakat," ujarnya.

Baca juga: Kemristek mendukung penelitian "post marketing" GeNose

Segala protokol dan uji klinis dalam pengembangan alat kesehatan juga harus selalu diperhatikan.

"Kalau kita membuat suatu produk, itu bisa sebagai produk bermutu," tutur Menristek Bambang.

Pada acara itu, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengatakan pada umumnya dalam menangani suatu wabah atau pandemi, salah satu kemampuan yang diperlukan adalah kemampuan deteksi.

Dalam hal itu, kehadiran GeNose, alat skrining COVID-19 berbasis embusan nafas dan menggunakan kecerdasan buatan, mendukung upaya meningkatkan penapisan COVID-19.

Baca juga: IPB raih perguruan tinggi terinovatif 2020 versi Kemristek/BRIN

Baca juga: Kemristek perkenalkan 27 produk Bakti Inovasi untuk difusi teknologi


Kemristek dorong peneliti buat alat skrining COVID-19 murah dan nyaman

Amin menuturkan alat deteksi dalam kasus pandemi diharapkan memiliki dua kemampuan utama yaitu harus memiliki sensitivitas dan spesifitas yang tinggi.

Kemudian, alat deteksi itu juga harus memiliki kinerja atau "performance" yang bagus, yang dapat dilihat antara lain dari aspek akurasi dan keajegan yang bagus serta kecepatan menganalisa. Selain itu, juga harus diperhatikan aspek stabilitas alatnya.

"Ini yang dijanjikan GeNose dalam waktu sekian menit sudah diperoleh hasilnya. Ini sangat penting apabila kita melakukan deteksi dalam jumlah orang yang besar dalam waktu pendek," ujarnya.

Baca juga: Kemristek-Yayasan Pengembangan Teknologi tanda tangani MoU riset

Dalam praktik kerja GeNose C19, seseorang cukup mengembuskan nafas ke dalam alat penampung atau pengumpul nafas. Kemudian, embusan nafas itu akan dianalisis dengan kecerdasan buatan. Hanya menunggu beberapa menit, hasil langsung keluar yang menunjukkan seseorang positif atau negatif COVID-19.

Hasil dapat diketahui tidak lebih dari lima menit. Data analisis GeNose C19 juga telah terhubung ke sistem Cloud untuk diakses dalam jaringan.ing" GeNose***3***

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2021