Yogyakarta (ANTARA) - Budaya yang tumbuh dan berkembang di suatu wilayah turut menentukan tumbuh dan berkembangnya sebuah kota serta karakter manusia yang tinggal di dalamnya.

Begitu pula yang terjadi di Yogyakarta, tempat budaya dan tradisi berpadu menjadi faktor pembentuk karakter dan nilai-nilai hidup masyarakat.

Guna mempertahankan kekhasan budaya yang membuatnya unik, Pemerintah Kota Yogyakarta menelurkan program Gandhes Luwes yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat.

Di bidang pendidikan, Gandhes Luwes menjadi bagian dari penguatan pendidikan karakter di Kota Yogyakarta untuk membentuk dan memperkuat karakter siswa.

Dalam program yang sudah ditetapkan melalui Peraturan Wali Kota Yogyakarta Nomor 60 Tahun 2019 tersebut, implementasi Gandhes Luwes di bidang pendidikan secara umum dapat diwujudkan melalui kegiatan seni dan budaya.

Pada masa pandemi COVID-19 kegiatan seni dan budaya cukup sulit dilakukan karena pembelajaran dilaksanakan dari jarak jauh guna meminimalkan risiko penularan virus corona.

Namun Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Budhi Asrori mengatakan bahwa pembelajaran jarak jauh tidak menjadi halangan untuk melaksanakan pendidikan karakter.

Berbagai cara kreatif bisa dilakukan oleh pendidik di sekolah agar materi pendidikan karakter yang dibalut dengan semangat Gandhes Luwes tetap bisa diterima oleh siswa dengan optimal. 

Materi pendidikan karakter disisipkan dalam penyampaian mata pelajaran seperti Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Pendidikan Agama, serta mata pelajaran eksakta.

Penugasan melalui video atau foto menjadi salah satu cara yang jamak dilakukan oleh guru di sekolah agar tetap bisa menjalankan program pendidikan karakter tanpa pertemuan tatap muka langsung.

Sekolah dan pendidik dituntut mampu melewati ujian untuk menyampaikan materi pendidikan karakter di tengah keterbatasan-keterbatasan yang menghimpit.

Budhi mengemukakan, pendekatan budaya dalam penyampaian materi pendidikan karakter di Kota Yogyakarta tidak akan berhasil jika hanya dilakukan satu arah dari guru ke siswa saja.

Penerapan pendekatan itu, menurut dia, membutuhkan peran serta orang tua dan keluarga serta lingkungan terdekat anak.

Ketiga simpul tersebut menjadi faktor penentu keberhasilan implementasi pendidikan karakter untuk siswa di Kota Yogyakarta, yaitu menjadi manusia yang berbudaya, berkarakter, dan berpegang teguh pada nilai-nilai budaya Yogyakarta.

Salah satu tantangan dalam penyampaian pendidikan karakter di tengah pandemi COVID-19 dalam pembelajaran jarak jauh adalah evaluasi dan penilaian. Guru kesulitan memberikan penilaian secara objektif karena tidak melakukan tatap muka secara langsung.

Secara umum, pelaksanaan pendidikan karakter di Kota Yogyakarta juga sudah diatur melalui Peraturan Wali Kota Yogyakarta Nomor 60 Tahun 2011. 

Menurut peraturan tersebut, salah satu tujuan pendidikan karakter di Yogyakarta adalah mengembangkan potensi nurani siswa sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai budaya dan karakter bangsa.

Melalui Gandhes Luwes dan pedoman pendidikan karakter tersebut, implementasi pendidikan karakter yang dilakukan di tiap sekolah diharapkan dapat sejalan dan searah meskipun ada berbagai inovasi yang dikembangkan sesuai kreativitas masing-masing sekolah.

Tantangan orang tua

Di tengah pesatnya laju perkembangan teknologi dan penyebaran informasi, orang tua menghadapi lebih banyak tantangan dalam mendukung penguatan pendidikan karakter bagi anak di rumah, terlebih saat ini 100 persen kegiatan belajar siswa berlangsung di rumah, sehingga tanggung jawab orang tua semakin berlipat.

Metode pembelajaran jarak jauh memberikan “waktu luang” yang lebih banyak bagi anak untuk mengikuti pelajaran atau mengerjakan berbagai tugas sekolah.

Kekhawatiran bahwa anak akan tumbuh menjadi generasi santai dan menggampangkan berbagai kewajiban dirasakan oleh sejumlah orang tua selama hampir satu tahun pelaksanaan pembelajaran daring.

Wahyu Sugianto merasa khawatir karena harus selalu mengingatkan anaknya untuk tetap mengerjakan berbagai kebiasaan rutin sebelum berangkat sekolah meskipun kedua anaknya belajar dari rumah, misalnya bangun tepat waktu dan mandi.

Dua anaknya yang duduk di kelas 5 dan 8 kadang melupakan banyak kebiasaan tersebut semenjak sekolah daring dilakukan karena untuk mengikuti kegiatan belajar mereka hanya perlu membuka telepon selular atau laptop yang tersambung ke jaringan internet.

Bagi anak-anak, internet yang menyajikan ragam rupa hiburan terkadang dianggap lebih menarik untuk disimak dan diikuti daripada mengerjakan tugas dari sekolah.

Meski sekolah tetap menyelipkan tugas-tugas untuk membangun karakter siswa, namun Wahyu menilai pendidikan karakter yang dijalankan sekolah belum optimal.

Pembelajaran jarak jauh yang baru dilakukan secara lebih serius dan terarah pada semester dua 2020/2021 membuat sekolah memilih mendahulukan penyampaian materi pelajaran yang dinilai belum optimal pada semester sebelumnya.

Satu-satunya pilihan yang saat ini bisa dilakukan oleh orang tua, menurut Wahyu adalah tetap sabar dan berusaha menerapkan pendidikan karakter pada anak semaksimal mungkin saat anak 100 persen belajar di rumah. 

Peran orang tua sangat penting. Materi pelajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar terbatas. Orang tua yang kini bisa lebih banyak mengarahkan anak untuk belajar harus menjalankan tugas untuk membangun karakter anak.

Kreativitas sekolah

Kreativitas dapat menjadi jalan keluar dalam mengatasi berbagai keterbatasan dan menembus dinding penghalang dalam pelaksanaan pendidikan karakter.

SMP Negeri 15 Yogyakarta punya strategi sendiri untuk menyampaikan pendidikan karakter secara optimal di tengah pembatasan-pembatasan yang diterapkan dalam kegiatan sekolah semasa pandemi.

Sekolah itu tidak membatasi waktu pelaksanaan pendidikan karakter, namun memilih Hari Jumat sebagai waktu utama.

Program penguatan karakter yang dijalankan di SMP Negeri 15 Yogyakarta di antaranya Jumat Religi, yang meliputi kegiatan membaca kitab suci, siraman rohani, ekaristi, dan kegiatan keagamaan lainnya.

Selain itu ada Jumat Sehat yang mencakup senam dan kegiatan membersihkan lingkungan di rumah bersama keluarga. 

Ada pula Jumat Literasi. Pada Jumat Literasi, siswa diminta membuat karya literasi dalam berbagai bentuk seperti puisi, pantun, dan cerpen. 

Karya-karya tersebut kemudian dibukukan. Sepanjang pandemi, sudah ada empat buku karya siswa dan pengajar yang diterbitkan.

Sekolah juga menggelar kegiatan Jumat Kreatif, yang menampilkan karya siswa di bidang seni rupa, seni tari, dan seni musik dalam bentuk video, foto, atau karya yang disampaikan secara langsung ke sekolah.

SMP Negeri 15 Yogyakarta bahkan meluncurkan tari "Nyawiji Nagariku", yang ditampilkan oleh 56 guru dan karyawan pada masa pandemi. Video peluncuran tarian digarap langsung oleh anggota OSIS.

Program lain yang disiapkan adalah Trengginas, penguatan karakter agar anak terampil, giat, nasionalis, dan berseni, serta program Peta Asa untuk menghidupkan kembali permainan tradisional seperti sunda manda, gobak sodor, bas-basan, dan egrang.

Ada pula kegiatan kemanusiaan seperti bakti sosial mengumpulkan bahan kebutuhan pokok untuk disumbangkan ke panti asuhan. Program tersebut dimotori oleh alumni.

Kepala SMP Negeri 15 Yogyakarta Siti Arina Budiastuti mengatakan bahwa program pendidikan karakter yang dijalankan selama pandemi COVID-19 dirancang agar bisa dilakukan anak dari rumah.

Dia mengatakan bahwa ada banyak cara untuk menjalankan pendidikan karakter, namun dalam hal ini yang sangat penting adalah peran orang tua dalam mendukung pendidikan karakter pada anak.

Guna mendorong peran aktif orang tua dalam pelaksanaan pendidikan karakter siswa, SMP Negeri 15 Yogyakarta menyiapkan video motivasi bagi anak dan orang tua yang bisa diakses melalui YouTube.

SMP Negeri 15 Yogyakarta adalah sekolah inklusi yang mengedepankan prinsip bahwa semua siswa sama dan harus saling menyayangi dan prinsip itu menjadi fokus dalam program penguatan karakter yang dijalankan.

Program-program penguatan karakter itu ditujukan untuk menyempurnakan pendidikan siswa agar mereka bisa memiliki akal, budi, hati, dan nurani yang sama-sama cemerlang.

Baca juga: Mendikbud: Orang tua berperan penting dalam pendidikan karakter selama PJJ

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2021