Bank-bank sentral dan pemerintah-pemerintah harus tetap menginjak akselerator
New York (ANTARA) - Saham-saham Asia berada di bawah tekanan pada perdagangan Selasa, ketika kekhawatiran tentang stimulus AS dan lonjakan infeksi virus corona menyebabkan sesi Wall Street yang beragam, sementara dolar mengonsolidasikan kenaikan semalam.

Perdagangan yang bergelombang mencerminkan kekhawatiran tentang jenis baru dari virus mematikan, bersama dengan ketidakpastian tentang rencana stimulus fiskal AS senilai 1,9 triliun dolar AS yang telah mendapat penentangan dari Partai Republik di Kongres.

Faktor-faktor tersebut melemahkan optimisme sebelumnya yang dipicu oleh peluncuran vaksin dan antisipasi bahwa stimulus baru AS akan memberi ekonomi dunia suntikan fiskal yang sangat dibutuhkan.

Jarrod Kerr, kepala ekonom di Kiwibank di Wellington, Selandia Baru mengatakan ekuitas sekarang mengambil jeda setelah kenaikan kuat pekan lalu, tetapi mencatat sentimen masih positif.

"Selera risiko (risk appetite) jelas meningkat," kata Kerr. “Bank-bank sentral dan pemerintah-pemerintah harus tetap menginjak akselerator.”

Indeks berjangka E-mini untuk S&P 500 datar di awal perdagangan Asia. Nikkei Jepang dibuka turun 0,4 persen dan Selandia Baru turun 0,5 persen. Dolar Australia naik 0,04 persen terhadap greenback di 0,771 dolar AS. Pasar saham Australia ditutup untuk hari libur nasional.

Data PDB kuartal keempat untuk Amerika Serikat, Jerman dan Prancis yang akan dirilis minggu ini dapat mendinginkan sentimen. Pembuat kebijakan AS diperkirakan akan menjaga keran moneter tetap terbuka ketika Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Federal Reserve bertemu pada Selasa dan Rabu.

Saham-saham Wall Street beragam pada Senin (25/1/2021) dengan indeks Nasdaq bertambah 0,69 persen dan mencapai rekor tertinggi di tengah harapan pendapatan besar akhir pekan ini dari perusahaan teknologi mega-cap. S&P 500 naik 0,36 persen, namun, indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 0,12 persen.

Sebelumnya, saham Eropa ditutup pada posisi terendah dua minggu karena kemerosotan sentimen bisnis Jerman menggarisbawahi kerusakan dari pembatasan COVID-19 yang lebih ketat.

Indeks pan-Eropa STOXX 600 membalikkan kenaikan awal dan berakhir 0,8 persen lebih rendah. DAX Jerman turun 1,7 persen, CAC 40 Prancis turun 1,6 persen dan FTSE 100 Inggris turun 0,8 persen.

Indeks MSCI yang melacak saham di 49 negara, naik 0,2 persen.

Semua mata tertuju pada Washington ketika anggota parlemen AS setuju bahwa memberikan vaksin COVID-19 ke warga Amerika harus menjadi prioritas bahkan ketika mereka terpecah tentang ukuran paket bantuan pandemi.

Pasar-pasar keuangan telah mengincar paket besar, meskipun ketidaksepakatan berarti berbulan-bulan keraguan di negara yang menderita lebih dari 175.000 kasus COVID-19 per hari dengan jutaan orang kehilangan pekerjaan.

Pertanyaan langsungnya sekarang adalah kapan bantuan stimulus akan disetujui dan seberapa banyak, tanya Christopher Grisanti, kepala strategi ekuitas di MAI Capital Management.

Dolar menguat ke level tertinggi hampir satu minggu terhadap sekeranjang mata uang, ketika volatilitas di pasar saham di seluruh dunia melemahkan minat investor terhadap mata uang berisiko.

Indeks dolar, yang melacak greenback terhadap sejumlah enam mata uang utama lainnya, naik 0,12 poin atau 0,1 persen menjadi 90,358. Euro terakhir turun 0,3 persen menjadi 1,2140 dolar.

Baca juga: Pasar Asia mundur dari rekor tertinggi karena aksi ambil untung
Baca juga: Indonesia pimpin kenaikan sejumlah pasar saham Asia
Baca juga: Pasar saham Asia melemah, ekspektasi penurunan suku bunga AS berkurang

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021