pemerintah sudah mulai dimasukkan kurikulum pendidikan kebencanaan
Nganjuk (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy meminta agar kurikulum pendidikan segera diajarkan pada anak-anak, sehingga mereka juga memahami tentang lingkungan dan ancaman bencana, sehingga bisa segera mencari solusi ketika terjadi bencana.

"Dari pemerintah sudah mulai dimasukkan kurikulum pendidikan kebencanaan. Kurikulum muatan lokal," kata Muhadjir Effendy saat berkunjung ke Desa/Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Selasa.

Ia mengatakan kurikulum pendidikan kebencanaan itu diajarkan sesuai masing-masing daerah. Anak-anak mulai ditanamkan kesadaran bagaimana tanggap dan respon serta cara mengatasi kalau ada bencana.

"Sesuai tempatnya masing-masing. Kalau itu daerah biasa longsor ya (materi pendidikan) longsor, kalau banjir ya (materi pendidikan) banjir. Kalau gempa ya gempa bumi. Kalau gunung meletus kaitan dengan masalah gunung meletus," ujar dia.

Untuk di Nganjuk yang longsor, lanjut dia, bisa diajarkan masalah bagaimana merawat hutan dan pekarangan. Materi tersebut juga sudah ada di BNPB, sehingga bisa menjadi bahan materi pendidikan menarik untuk anak.

Saat berkunjung ke Desa Ngetos, Kabupaten Nganjuk, ia mengatakan tahun ini intensitas bencana seperti banjir maupun gempa bumi sangat tinggi. Musibah terjadi terutama banjir dan tanah longsor. Hal ini diakibatkan oleh badai La Nina.

"Itu dampaknya sangat luas. Karena itu pesan saya kepada warga terutama di wilayah rentan pada ancaman ini untuk waspada," kata dia.

Ia juga menyampaikan terima kasih pada jajaran TNI/Polri, hingga relawan yang telah merelakan waktunya untuk membantu mencari para korban yang dinyatakan hilang tersebut.

Namun, ia juga mengingatkan agar warga mematuhi protokol kesehatan yang berlaku dengan selalu mengenakan masker. Dirinya tidak ingin dalam musibah ini justru memunculkan klaster baru COVID-19.

Musibah tanah longsor terjadi di Dusun Selopuro, Desa/kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Minggu (14/2) malam. Terdapat 21 orang warga setempat yang dilaporkan hilang. Dari hasil pencarian, 14 orang sudah ditemukan. Dari jumlah 14 orang itu, dua orang selamat sedangkan sisanya meninggal dunia. Saat ini, masih tujuh orang yang belum ditemukan.

Baca juga: Menko PMK kunjungi warga terdampak longsor di Nganjuk 

Baca juga: Kemendikbud siapkan lima bahan ajar pendidikan kebencanaan untuk PAUD


Menko PMK Muhadjir Effendy hadir di Nganjuk didampingi Menteri Sosial Tri Rismaharini. Selain itu, juga terdapat Bupati Nganjuk dan forkopimda setempat.

Dalam kegiatan itu juga sekaligus dilakukan penyerahan bantuan kepada keluarga korban yang meninggal dan yang terluka. Untuk yang meninggal, keluarga diberikan santunan Rp15 juta yang yang terluka diberikan santunan Rp5 juta.

Sementara itu, Nurul Kholifah, salah seorang ahli waris mengaku sudah ikhlas dengan kepergian anggota keluarganya.

"Ada ibu, kakak, dan mbah buyut. Sudah ditemukan dan dimakamkan," kata Nurul.

Ia juga kini merawat anak dari kakaknya yang masih berusia enam tahun. Ayah anak itu masih bekerja di luar pulau, sehingga belum bisa pulang ke daerahnya.

"Kini kemenakan sama saya," kata dia.

Ia juga sedih dengan meninggalnya keluarga. Namun, ia juga bersyukur keponakannya bisa selamat, kendati ia mengalami luka-luka di tubuhnya karena terkena tanah longsor itu. 

Baca juga: Menteri Sosial jadi model foto dadakan untuk anak pengungsi di Nganjuk

Baca juga: Mensos tinjau pengungsian warga terdampak tanah longsor di Nganjuk

 

Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021