Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan penyakit tuberkulosis (TBC) berdampak pada berkurangnya tingkat produktivitas di Indonesia, karena kelompok usia produktif paling banyak terdampak penyakit bakteri menular tersebut.

"Beban utama bagi negara akibat TBC ini adalah hilangnya produktivitas, karena kelompok usia yang paling terdampak tuberkulosis adalah kelompok usia produktif," kata Wapres Ma’ruf Amin saat memberikan arahan pada acara puncak peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 2021 secara daring dari Jakarta, Rabu.

Baca juga: Wapres: Penanggulangan tuberkulosis tidak boleh surut selama pandemi

Menurut Wapres, penyakit TBC tidak mudah diselesaikan karena penyakit tersebut disebabkan oleh berbagai faktor sosial, seperti kepadatan penduduk, permasalahan gizi, kemiskinan, dan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat.

"Dampak akibat tingginya kasus tuberkulosis di Indonesia jauh lebih besar daripada beban akibat biaya pengobatan TB itu sendiri," tambahnya.

Merujuk pada data Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organisation (WHO), Wapres menyebutkan sebanyak 10 juta orang di dunia masuk dalam kategori penderita kasus baru TBC.

"Indonesia sendiri merupakan negara dengan beban Tuberkulosis tertinggi ketiga di dunia, setelah India dan Cina," katanya.

Baca juga: Presiden ingatkan Indonesia peringkat tiga dunia penderita TBC

Kasus penyakit TBC di Indonesia diperkirakan sebanyak 845.000 kasus, dengan angka kematian mencapai 93.000 kasus. Dari kasus tersebut, 32 persen di antaranya masih belum mendapat akses pengobatan dan berpotensi menular.

Oleh karena itu, Wapres Ma’ruf berpesan kepada seluruh pihak terkait pelayanan kesehatan untuk meningkatkan upaya penanggulangan TBC, khususnya di tengah pandemi COVID-19.

"Sesuai perkiraan WHO, kematian akibat TBC akan bertambah 400.000 di seluruh dunia atau setiap jamnya bertambah sekitar 46 orang meninggal, jika keberlangsungan layanan TBC esensial terganggu selama pandemi COVID-19," ujarnya.

Baca juga: Penanganan TBC berpotensi alami kemunduran karena pandemi, kata pakar

Baca juga: Kemenkes perkuat kesinambungan penanganan TBC dan COVID-19

 

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2021