Jakarta (ANTARA) - Kepala Humas Satgas Nemangkawi Kombes Pol M. Iqbal Alqudussy mengatakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) menggunakan alasan klasik yakni memfitnah untuk melakukan aksi kekerasan hingga menembak dua orang guru di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua.

"Buktinya apa Bapa Oktovianus dan Bapa Yonathan itu intel? Itu semua hanya alasan klasik mereka (KKB-red) untuk menggiring opini publik supaya aksi teror mereka dimaklumi," kata Iqbal dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Senin.

Baca juga: PGRI Papua kutuk penembakan guru di Beoga

Kasus penembakan terhadap guru di Beoga menyebabkan dua orang guru meninggal dunia, yakni Oktovianus Rayo (42) pada Kamis (8/4) dan Yonathan Rande ditembak pada hari Jumat (9/4).

Selain itu, KKP pimpinan Nau Waker, yang masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) Polres Mimika sejak 2018, juga melakukan pembakaran tiga sekolah di Beoga.

Menurut Iqbal, membunuh, membakar, dan menembaki masyarakat sipil pendatang, kemudian melakukan mempublikasikannya di sosial media sebagai kebanggaan, dan menyangkal bahwa korban sipil tersebut merupakan masyarakat tidak bersalah. Hal tersebut kini telah menjadi modus komunikasi Kelompok Separatis Bersenjata di Papua.

Menengok kembali peristiwa 22 Mei 2020 lalu saat ada tenaga medis COVID-19 yang ditembak dan dilabeli intel oleh KKB Papua. Modus seperti itu kembali terulang, namun menimpa guru di Beoga, Kabupaten Puncak Papua.

Baca juga: Kapolda tegaskan guru berjasa cerdaskan warga pedalaman Papua

Tidak hanya itu, lanjut Iqbal, merampok uang dilakukan kepada pendatang karena kini KKB tidak kebagian dana Otonomi Khusus (Otsus) dari pemerintah daerah. Akibat larangan tegas Kemendagri kepada kepala daerah yang menyalahgunakan dana Otsus Papua.

KKB juga memfitnah Mendagri Tito Karnavian yang difitnah akan menghabisi masyarakat asli Papua. Hal ini bertentangan dengan fakta bahwa dana otonomi khusus sangat melimpah hanya untuk membangun Papua.

Iqbal menegaskan, bahwa aksi teror dalam bentuk apapun tidak dibenarkan apalagi hingga menghilangkan nyawa warga.

"Alm Bapa Oktovianus dan Bapa Yonathan ini hanya guru yang tinggal di sini dengan niat mulia mencerdaskan anak-anak Kabupaten Puncak, Papua. Siapapun yang berhati nurani pasti tidak akan membenarkan penembakan keji tersebut," ujar Iqbal.

Baca juga: Kapolda sebut puluhan warga minta dievakuasi dari Beoga

Sementara itu, modus dan fitnah-fitnah tidak mendasar yang digunakan KKB untuk melakukan aksi kriminal terhadap masyarakat dan pemerintah telah terbaca oleh media asli di wilayah Papua.

"Modus KKB mengancam kios-kios pendatang untuk menyerahkan uang Rp20 juta per kiosnya" ujar RS salah satu awak media Papua yang dirahasiakan identitasnya.

Dalam baku tembak yang terjadi antara Satgas Operasi Nemangkawi dengan KKB. Kelompok separatis bersenjata kembali melakukan aksi teror dengan membakar helikopter yang sedang dalam perbaikan milik PT. Ersa Air, terparkir di Bandara Aminggaru Ilaga, Kabupaten Puncak, Minggu malam (11/4).

Aparat keamanan TNI-Polri telah mengetahui KKB yang melakukan aksi brutal antara lain yakni Prenggen Telenggen, Abu Bakar Kogoya, Lerymayu Telenggen, dan Numbuk Telenggen.

TNI-Polri sedang memburu kelompok tersebut dan menindak tegas KKB yang melakukan aksi brutal di Ilaga

Sementara itu saat ini warga sekitar sudah mengungsi ke pos TNI di Beoga dan akan segera dievakuasi ke Sugapa, Kabupaten Intan Jaya.

Baca juga: Kapolda Papua akan kerahkan helikopter evakuasi warga dari Beoga

Baca juga: Aparat gabungan TNI/Polri buru pelaku pembakar helikopter di Ilaga

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2021