Washington (ANTARA) - Presiden AS Joe Biden pada Jumat (16/4) mengatakan pengayaan uranium Iran hingga 60% tidak membantu, tapi mengatakan dia senang Teheran masih berbicara tidak langsung dengan Washington untuk melanjutkan kepatuhan pada kesepakatan nuklir Iran 2015.

Iran pada Jumat mengatakan telah mulai memperkaya uranium hingga 60%, level tertinggi yang pernah ada dan selangkah lebih dekat ke 90% yaitu tingkat senjata, di pabrik Natanz, tempat ledakan terjadi awal pekan ini. Teheran menyalahkan Israel atas ledakan itu.

"Kami tidak mendukung dan sama sekali tidak membantu bahwa Iran mengatakan akan meningkatkan pengayaan menjadi 60 persen," kata Biden kepada wartawan di Washington selama konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga.

"Kami, bagaimanapun, tetap senang bahwa Iran terus setuju untuk terlibat dalam diskusi - diskusi tidak langsung - dengan kami dan dengan mitra kami tentang bagaimana kami bergerak maju dan apa yang diperlukan untuk memungkinkan kami kembali ke (kesepakatan nuklir). .. tanpa kami membuat konsesi yang kami tidak ingin buat," tambah Biden.

Iran dalam beberapa bulan terakhir telah meningkatkan pengayaan menjadi kemurnian 20 persen, tingkat di mana uranium dianggap sangat diperkaya dan merupakan langkah signifikan menuju tingkat senjata.

Kesepakatan 2015 dengan negara-negara besar dunia untuk mengendalikan ambisi nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi telah membatasi tingkat kemurnian di 3,67%. Iran membantah mencari senjata nuklir.

"Kami memproduksi sekitar 9 gram 60% uranium yang diperkaya per jam," kata Ali Akbar Salehi, kepala Organisasi Energi Atom Iran, kepada televisi pemerintah.

"Tapi kita harus mengerjakan pengaturan ... untuk menurunkannya menjadi 5 gram per jam. Tapi kemudian kita akan secara bersamaan memproduksi 20% (uranium)," kata Salehi.

Sebelumnya, ketua parlemen Iran Mohammad Baqer Qalibaf mengatakan para ilmuwan Iran telah berhasil mulai memperkaya 60% uranium pada 40 menit lewat tengah malam.

"Keinginan bangsa Iran membuat keajaiban yang menggagalkan konspirasi apa pun," tulis Qalibaf di Twitter.

Di Wina, juru bicara pengawas nuklir PBB IAEA menolak mengomentari pernyataan Iran tentang pengayaan 60%.

Ditanya apakah langkah Iran adalah tanda bahwa Teheran tidak serius untuk kembali ke kesepakatan nuklir, Biden menjawab: "Diskusi sedang berlangsung. Saya pikir terlalu dini untuk membuat penilaian seperti apa hasilnya nanti. Tapi kita masih berbicara . "

Iran dan kekuatan global bertemu di Wina untuk mencoba menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 yang ditinggalkan oleh mantan Presiden AS Donald Trump tiga tahun lalu - upaya yang berpotensi dipersulit oleh keputusan Teheran untuk meningkatkan pengayaan uranium.

Pembicaraan akan dilanjutkan selama beberapa hari sebelum berhenti sehingga pejabat Iran dan AS dapat kembali untuk berkonsultasi, seorang pejabat Uni Eropa mengatakan pada Jumat.

"Kami memiliki keputusan (Iran) ini untuk melakukan pengayaan 60%. Jelas ini tidak membuat negosiasi lebih mudah," kata pejabat Uni Eropa kepada wartawan, menyebut apa yang terjadi di Natanz "sabotase yang disengaja".

Abbas Araqchi, kepala negosiator Iran pada pembicaraan tersebut, mengatakan pada Selasa bahwa Iran akan mengaktifkan 1.000 mesin sentrifuse canggih di Natanz.

Beberapa media Israel mengutip sumber intelijen yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan layanan mata-mata Mossad negara itu melakukan operasi sabotase di kompleks Natanz. Israel - secara luas diyakini sebagai satu-satunya negara Timur Tengah dengan persenjataan nuklir - belum secara resmi mengomentari insiden tersebut.

Israel akan melakukan "apa pun yang diperlukan" untuk memastikan bahwa Iran tidak memperoleh senjata nuklir, Menteri Luar Negeri Israel Gabi Ashkenazi mengatakan pada Jumat.

Sumber: Reuters
Baca juga: Iran dan negara besar bahas kembalinya AS ke kesepakatan nuklir
Baca juga: Hidupkan kesepakatan nuklir Iran, AS pertimbangkan langkah kecil
Baca juga: Presiden Rouhani desak pemerintahan Biden kembali ke perjanjian nuklir

 

Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021