Kami melakukan simulasi portfolio yang terdiversifikasi selama sepuluh tahun terakhir. Diversifikasi kelas aset terbukti memberikan kinerja yang lebih baik dibanding investasi pada saham (LQ45). Terlepas dari besar porsi yang dialokasikan pada ekuita
Jakarta (ANTARA) - Perusahaan Manajer Investasi (MI) Syailendra Capital menyatakan pentingnya diversifikasi aset bagi para investor di tengah volatilitas pasar saham yang tinggi.

"Kami melakukan simulasi portfolio yang terdiversifikasi selama sepuluh tahun terakhir. Diversifikasi kelas aset terbukti memberikan kinerja yang lebih baik dibanding investasi pada saham (LQ45). Terlepas dari besar porsi yang dialokasikan pada ekuitas, obligasi, dan pasar uang, ketiga skenario memberikan kinerja di atas indeks saham maupun deposito," kata Presiden Direktur Syailendra Capital Fajar R Hidayat melalui keterangan di Jakarta, Rabu.

Menurut Fajar, reksa dana campuran bisa menjadi salah satu pilihan bagi investor karena dinilai memiliki alokasi seimbang pada setiap instrumen baik itu saham, obligasi, maupun pasar uang.

Manajer investasi pun bisa leluasa mengatur alokasi instrumen dengan lebih fleksibel. Misalnya ketika pasar saham sedang naik atau bullish, maka sebagian besar dana akan ditempatkan ke saham.

Dengan fleksibilitas yang bisa dilakukan oleh MI pada reksa dana campuran, maka MI bisa mengatur strategi yang lebih fleksibel agar performa reksa dana bisa mengalahkan indeks acuan. Artinya, MI bisa mengubah strategi alokasi instrumen dengan aktif sesuai perkembangan pasar.

Ia mengatakan, keleluasaan reksadana campuran tidak dimiliki reksadana jenis lain yang memiliki ketentuan minimum untuk berinvestasi pada instrumen sesuai dengan jenis reksadananya. Akibatnya, fleksibilitas manajer investasi menjadi berkurang dan salah satu penyebab mengapa banyak reksadana sulit mengalahkan indeks.

Syailendra Capital sendiri memiliki reksadana campuran yaitu Syailendra Balance Opportunity Fund. Per 16 April 2021, imbal hasil (yield) tiga bulan reksadana tersebut mencapai 17,7 persen dan enam bulan mencapai 17,58 persen.

"Yield setahun terakhir memang agak menurun sekitar 6,92 persen. Tapi masih lebih bagus dibandingkan reksadana lain yang minus. Jika sejak diterbitkan, reksadana ini mencetak yield 166,2 persen," ujar Fajar.

Baca juga: GoPay dan Bibit rilis fitur investasi reksadana otomatis

Baca juga: Pacu bisnis reksadana, PNM Investment kembangkan aplikasi Sijago

Baca juga: Sinarmas Asset Management imbau nasabah reksadana tidak khawatir

Baca juga: Analis ingatkan otoritas lebih tegas untuk jaga kepercayaan investor

 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021