Pontianak (ANTARA News) - Ketua DPP Dewan Masjid Indonesia (DMI) HM Natsir Zubaedi mengingatkan bahwa setiap wilayah di Indonesia memiliki arah kiblatnya masing-masing yang berbeda-beda derajatnya, tergantung dari letak geografisnya.

"Arahnya antara barat dan barat laut," kata Natsir di sela Dialog Pengembangan Wawasan Multikultural antar Pimpinan Pusat dan Daerah Intern Agama Islam di Pontianak, Kalbar, Jumat.

Soal seberapa derajat kemencongannya antara arah barat dan barat laut tersebut pihaknya menyediakan daftar arah kiblat untuk berbagai daerah yang berbeda misalnya antara masjid di Jakarta yang lebih ke selatan, akan berbeda dengan masjid di Pontianak yang lebih ke utara.

"Khususnya bagi masyarakat yang akan membangun masjid. Sedangkan untuk masjid yang sudah dibangun, masyarakat tidak perlu membongkar masjid, tapi cukup menyesuaikan shafnya," katanya sambil menyebutkan bahwa di Indonesia ada 750 ribu Masjid Jami` (besar), belum termasuk masjid biasa dan mushola.

Sebelumnya, Menurut Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Hasanudin, perbedaan yang terdapat antara Fatwa MUI No 3 Tahun 2010 Tentang Kiblat dan Fatwa MUI No 5 Tahun 2010 Tentang Arah Kiblat saling menyempurnakan.

Hasanudin mengemukakan, Fatwa MUI No 3 Tahun 2010 menyatakan arah kiblat Muslim Indonesia adalah arah barat sedangkan dalam Fatwa MUI No 5 tahun 2010 disempurnakan dengan menyebut: "Kiblat umat Islam Indonesia adalah menghadap ke barat laut dengan posisi bervariasi sesuai dengan letak kawasan masing-masing".

Ketentuan pergeseran dari barat ke arah lebih utara tersebut sekitar 25 derajat.

Sedangkan Pakar Astronomi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Prof Dr Thomas Djamaluddin mengatakan masalah ketidakakuratan arah kiblat yang terjadi pada banyak masjid, bukanlah masalah pergeseran lempeng bumi, tetapi karena ketidakakuratan pengukuran pada awal pembangunannya.

"Kesalahan satu derajat di Indonesia yang berjarak sekitar 8.000 km dari Mekkah, bisa menyebabkan penyimpangan besar, sekitar 140 km pada jarak tersebut," katanya.

Hal serupa bisa dibalikkan, ujarnya. Kalau di Indonesia ada shaf sangat panjang sepanjang 140 km yakni sekitar jarak Jakarta-Bandung, maka untuk menghadap ke titik Kabah arahnya akan sama dengan deretan orang memanjang ke belakang sampai jarak 40 meter dari Kabah, dengan sudut hanya sekitar 1 derajat.

"Tapi setiap orang kini dapat memeriksa arah kiblat bangunan masjid dengan sangat mudah karena cukup membuka internet yang memuat citra satelit, dengan panduan arah kiblat berbasis internet Google Earth/ Qiblalocator, ditambah lagi dengan perkembangan program aplikasi penghitung arah kiblat," katanya.
(D009/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010