mampu mempercepat informasi bencana
Purwokerto (ANTARA) - Pusat Mitigasi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) mendukung pengembangan sistem peringatan dini (early warning system/ews) dalam bentuk prototipe aplikasi sirine tsunami berbasis android yang tengah dilakukan oleh Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara.

"Aplikasi ini merupakan terobosan baru yang diharapkan mampu mempercepat informasi bencana," kata Koordinator Bencana Geologi Pusat Mitigasi Unsoed Dr. Indra Permanajati di Purwokerto, Banyumas, Selasa.

Dia mengatakan pemanfaatan android dinilai tepat karena sekarang ini hampir setiap orang punya fasilitas telepon selular sehingga akses lewat aplikasi android merupakan cara yang tepat untuk mempercepat penyebaran informasi.

"Dengan alarm peringatan bencana maka masyarakat yang memiliki aplikasi tersebut akan dapat diberikan peringatan secara cepat dari server pusatnya di kantor BMKG," katanya.

Kendati demikian, menurut dia, perlu diperhatikan adanya kendala bahwa belum semua masyarakat memiliki telepon selular dengan kapasitas yang ditentukan sehingga harus ada kerja sama dengan pihak desa atau tokoh masyarakat guna mendukung penyebaran informasi.

"Misalkan jika ada informasi bencana bisa diterima oleh aparat pemerintah atau masyarakat yang punya fasilitas android kemudian dilanjutkan dengan alarm umum yang ada di desa. Jadi disarankan desa-desa yang rawan gempa, tsunami, longsor dan bencana lain tetap mempunyai sirine-sirine umum yang dipasang," katanya.

Baca juga: Antisipasi potensi tsunami, di Lumajang-Jatim dipasang WRS-EWS
Baca juga: UGM kembangkan sistem pendeteksi gempa bumi


Sementara itu seperti diwartakan sebelumnya, Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara mengembangkan prototipe aplikasi sirine tsunami berbasis telepon selular android dalam rangka memperkuat upaya mitigasi bencana.

Kepala Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara Setyoajie Prayoedhie mengatakan aplikasi ini berbasis telepon selular sebagai media yang akan memudahkan BPBD setempat untuk menyampaikan perintah evakuasi ke masyarakat atau 'user' jika ada peringatan dini tsunami.

Dia mengatakan aplikasi tersebut bernama "SIRITA" yang bisa diunduh oleh masyarakat melalui telepon selular masing-masing.

"Aplikasi SIRITA hanya berfungsi dengan baik di perangkat yang mendukung 'google cloud service'," katanya.

Baca juga: Di Gunung Kidul-DIY 20 unit sistem peringatan dini longsor rusak
Baca juga: Basarnas: Keterbatasan EWS persulit tim memprediksi longsor susulan


Dia menambahkan sebelum melakukan instalasi aplikasi SIRITA, maka penggguna perlu memastikan bahwa perangkat lunak di telepon selular masing-masing sudah menggunakan versi terbaru.

"Pastikan semua aplikasi di 'playstore' sudah 'update' ke versi terbaru," katanya.

Setelah aplikasi SIRITA terinstal di telepon selular masing-masing, kata dia, maka akan ada notifikasi untuk memberi otorisasi.

"Pengguna bisa menekan tombol pilihan 'while using the app'," katanya.

Kemudian, kata dia, pengguna bisa menekan lingkaran bulat dengan gambar orang berlari yang ada di dalamnya.

"Jika ada permintaan untuk mengizinkan akses lokasi maka pilih opsi izinkan. Setelah itu, pengguna bisa menekan tombol home pada telepon selular masing-masing dan akan ada tampilan 'do not disturb permission', lalu arahkan tombol ke bawah, lalu tekah 'allow' dan pastikan aplikasi SIRITA telah terpasang dengan baik," katanya.

Baca juga: Pemkab Banyumas sambut baik rencana pemasangan alat deteksi gempa
Baca juga: Pemkab Batang pasang alat pendeteksi dini longsor

 

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021