tatap muka mungkin ada batasan-batasan
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Agama meminta masyarakat tidak memaksakan mudik dan untuk menjalin silaturahim sebaiknya dilakukan secara virtual dengan berbagai aplikasi yang ada di telepon pintar.

"Silaturahim tatap muka (saat ini) mungkin ada batasan-batasan. Tapi, kan, bisa silaturahim secara virtual yah lewat video call," ujar Sekretaris Ditjen Bimas Islam Kemenag M. Fuad Nasar saat dihubungi dari Jakarta, Kamis.

Fuad mafhum bahwa silaturahim saat Idul Fitri memiliki momentum yang berbeda ketimbang hari-hari biasanya. Ada yang baru bisa pulang kampung karena cuti kerja dan sejumlah alasan lain.

Namun mengingat kondisi pandemi COVID-19 yang belum reda, ia meminta agar mudik sebaiknya ditunda. Sebab, tak mudik sama saja dengan melindungi diri, kerabat, saudara, dan orang tua dari bahaya ancaman virus mematikan tersebut.

"Tapi karena ada kondisi-kondisi yang menghalangi, tentu masyarakat juga memahami dengan baik tanpa mengurangi nilai silaturahim itu," kata dia.

Sementara bagi mereka yang belum memiliki akses ke teknologi tersebut, Fuad berharap masyarakat lebih bersabar untuk menunda mudik agar pandemi bisa segera teratasi.

Baca juga: Satgas ingatkan larangan mudik untuk lindungi masyarakat dari COVID-19

Baca juga: Masyarakat diminta lapor ASN yang nekat mudik Lebaran


Masyarakat bisa menggunakan media apapun untuk mempererat tali persaudaraan. Bahkan ia mengusulkan untuk kembali menghidupkan surat-menyurat dalam momentum ini.

"Surat-menyurat, kan, salah satu kebiasaan atau tradisi yang sudah tinggalkan secara perlahan. Jadi banyak sekali kanal-kanal silaturahim yang bisa dimanfaatkan yang penting esensi silaturahim itu ada. Secara teknis menyesuaikan situasi dan kondisi," kata dia.

Sebelumnya, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa'adi menyatakan bahwa tidak melakukan mudik saat terjadi pandemi sama dengan berjihad untuk kemanusiaan, maka dari itu ia meminta agar masyarakat lebih bersabar demi keselamatan bersama.

"Menjaga keselamatan jiwa itu lebih utama dan harus lebih didahulukan dan itu menjadi sangat diutamakan. Orang yang tidak mudik sama dengan berjihad, jihad untuk kemanusiaan," kata dia.

Ia mengatakan masyarakat harus belajar dari beberapa pengalaman libur panjang atau mudik, angka kasus konfirmasi positif COVID-19 mengalami kenaikan. Fenomena ini yang harus dihindari bersama jelang hari raya Idul Fitri.

Di samping itu, lonjakan kasus di India yang bak tsunami harus menjadi cerminan bahwa penerapan protokol kesehatan harus terus diterapkan. Pun demikian dengan segala keputusan-keputusan pemerintah yang mesti dipatuhi oleh semua orang, termasuk larangan mudik.

"Menjaga keselamatan jiwa itu lebih utama dan harus lebih didahulukan," kata dia.

Baca juga: Hingga H-1 larangan mudik, 414.774 kendaraan tinggalkan Jabodetabek

Baca juga: Puan minta Pemerintah persiapkan matang kebijakan jelang Idul Fitri

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021