Apabila masyarakat tidak mudik, artinya masyarakat turut berkontribusi dalam menekan penularan
Jakarta (ANTARA) - Setelah menahan rasa lapar, dahaga dan menahan hawa nafsu selama 30 hari, kini tibalah waktunya bagi umat Islam di seluruh dunia untuk menyambut hari kemenangan.

Idul Fitri atau Lebaran menjadi waktu yang paling dinantikan bagi umat Islam. Di Indonesia beragam tradisi menghiasi momen perayaan  Lebaran, salah satunya adalah mudik atau pulang kampung.

Mudik tidak bisa dilepaskan begitu saja dari tradisi masyarakat Indonesia pada saat Lebaran. Mereka yang berjuang mencari nafkah di perantauan berbondong-bondong kembali ke kampung halaman untuk sekadar bersilaturahmi dengan keluarga dan sanak saudara.

Maka tak mengherankan selalu dijumpai pemandangan di stasiun, bandara, terminal dan pelabuhan disesaki oleh pemudik yang ingin kembali ke kampung halaman untuk merayakan hari kemenangan bersama orang-orang terkasih.

Namun dalam kurun waktu setahun terakhir ini pemandangan ramainya pemudik yang hendak menuju kampung halaman sedikit berkurang karena adanya kebijakan larangan mudik yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Larangan mudik itu juga sudah diatur melalui adendum Surat Edaran Satgas COVID-19 2021 SE 13/2021 tentang Peniadaan Mudik Hari Raya Idul Fitri tahun 1442 Hijriah dan Upaya Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Selama Bulan Suci Ramadhan 1442 Hijriah.

Penyebabnya tak lain karena pandemi COVID-19 yang belum mereda di Indonesia. Pemerintah pun menyarankan agar silahturahmi pada Lebaran tahun ini kembali dilakukan secara virtual.

Larangan mudik 2021 ini berlaku untuk masyarakat yang hendak melakukan perjalanan antarkota/kabupaten, provinsi ataupun antarnegara, baik melalui transportasi darat, kereta api, laut maupun udara.

Meski demikian, tidak sedikit pula warga yang terpantau untuk memilih pulang ke kampung halaman lebih awal sebelum periode larangan mudik diberlakukan. Mudik ke kampung halaman masih menjadi tradisi yang nampaknya sulit untuk dihilangkan menjelang Hari Lebaran.

Juru bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan bahwa masyarakat yang telah mematuhi imbauan pemerintah untuk tidak mudik serta silahturahmi fisik telah turut berkontribusi dalam menekan penularan dan penyebaran COVID-19 di Indonesia.

"Apabila masyarakat tidak mudik, artinya masyarakat turut berkontribusi dalam menekan penularan," kata Wiku.

Baca juga: Anies: Takbiran dilakukan virtual dan pembatasan 10 persen di Masjid
Baca juga: Wagub DKI ingatkan adanya sanksi bagi ASN yang masih nekat mudik
Calon penumpang menunggu jadwal keberangkatan kereta api di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Minggu (2/5/2021). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.
Silahturahmi virtual
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah mengambil keputusan bahwa kegiatan silahturahmi dan halalbihalal di Jakarta dilakukan secara virtual mengingat masih dalam suasana pandemi COVID-19.

Mantan Menteri Pendidikan Kebudayaan ini juga meminta warganya sejenak menghentikan tradisi mengunjungi para tokoh masyarakat maupun ulama di Hari Lebaran yang disarankan dilakukan secara virtual.

Dia juga mengingatkan kepada pihak perkantoran agar tidak melakukan kegiatan halalbihalal ketika mulai aktif masuk bekerja setelah libur Lebaran.

Bagi Anies pengalaman menggelar silahturahmi secara virtual bukan yang pertama kali. Pada tahun 2020 lalu, Anies dan keluarga besar memilih merayakan Lebaran secara virtual mengandalkan teknologi telekonferensi.

Pengalaman itu ia bagikan melalui akun media sosial Instagram pribadinya. Anies dan istri tampil kompak dengan balutan baju batik, sementara ketiga anaknya mengenakan busana berwarna oranye. Dia melakukan siaran langsung di Instagram sambil ditemani sang ibu, istri, dan ketiga anaknya.

Selain itu, Anies Baswedan juga mengimbau agar masyarakat di Jakarta tidak menggelar takbir keliling guna menghindari adanya kerumunan yang dapat menjadi kluster baru COVID-19.

Anies juga meminta warga DKI untuk melakukan shalat Idul Fitri dari rumah atau di masjid dekat rumah dengan ketentuan pembatasan kapasitas hanya 50 persen.

Hal itu tercantum dalam diktum pertama poin C Seruan Gubernur DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 2021 tentang Pengendalian Aktivitas Masyarakat Dalam Pencegahan Penyebaran Corona Virus Desease 2019 (COVID-19) Pada Masa Libur Idul Fitri 1442 H/2021 M.

Anies mengatakan Pemprov DKI akan melibatkan unsur TNI-Polri yang tengah menggelar Operasi Ketupat Jaya untuk melakukan filterisasi dan manajemen keramaian antara jam 18.00 - 22.00 WIB.

"Sesudah jam 10 malam, maka di jalan-jalan protokol akan dilakukan pembersihan atau pembebasan dari kegiatan-kegiatan lalu lintas," kata Anies Baswedan.

Baca juga: Polda Metro siapkan skenario antisipasi lonjakan arus balik
Baca juga: Sekitar 1,2 juta warga meninggalkan Jakarta selama larangan mudik
Sejumlah penumpang dengan mengenakan masker duduk di dalam bus di Terminal Kalideres, Jakarta Barat, Senin (26/4/2021). Meski adanya aturan larangan mudik mulai dari 22 April - 24 Mei 2021, armada perusahaan otobus (PO) tetap beroperasi di Terminal Kalideres. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa. 
Ikhtiar
Anies Baswedan mengatakan bahwa peraturan larangan mudik hingga imbauan kegiatan silaturahmi yang dilakukan secara virtual semata-mata bertujuan untuk melindungi semua lapisan masyarakat DKI Jakarta.

Kondisi Jakarta saat ini masih dalam pandemi sehingga potensi penularan COVID-19 bisa meningkat ketika ada kegiatan yang berpotensi terjadinya kerumunan seperti halalbihalal.

Tentu hal itu sangat mengkhawatirkan karena bisa saja orang-orang tercinta di sekitar kita justru terpapar COVID-19.

Dengan tidak melaksanakan mudik atau tetap di tempat masing-masing, menurut Anies, bisa mengurangi potensi penularan COVID-19 sehingga pandemi di Indonesia, khususnya di Jakarta dapat segera berakhir.

"Ini bukan semata-mata melarang, tapi ini adalah untuk melindungi semua," kata Anies.

Tak bisa dipungkiri bahwa pandemi COVID-19 masih terjadi di Indonesia sehingga perlu upaya serta pengorbanan yang dilakukan untuk mengakhirinya.

Dengan menahan diri untuk tidak mudik dan memilih menggelar silahturahmi secara virtual dapat menjadi sebuah langkah kecil yang apabila diikuti oleh banyak orang menjadi sebuah perubahan besar dalam memutus penyebaran COVID-19.

Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2021