Laporan IOEO dan IndOTaSk 2020 ini mempelajari dinamika lapangan kerja dan keterampilan tenaga kerja di Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas bekerja sama dengan Bank Dunia meluncurkan Laporan Indonesia's Occupational Employment Outlook (IOEO) 2020 dan Indonesia's Occupational Tasks and Skills (IndOTaSk) 2020 untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja.

"Laporan IOEO dan IndOTaSk 2020 ini mempelajari dinamika lapangan kerja dan keterampilan tenaga kerja di Indonesia memberikan satu pandangan dan bahkan seyogianya dapat menjadi dasar yang baik untuk mengembangkan sistem informasi pasar kerja," kata Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Menteri Suharso menyampaikan kedua laporan tersebut merupakan wujud komitmen Pemerintah Indonesia dalam membangun sumber daya manusia Indonesia secara holistik dan terintegrasi melalui pengembangan sistem informasi pasar tenaga kerja yang kredibel dan berkelas dunia, sebagai bagian dari upaya reformasi sistem pendidikan dan pelatihan vokasi di Indonesia. Selain juga dapat membantu Indonesia dalam merencanakan pembangunan human capital secara lebih baik.

Lebih lanjut, Suharso menjelaskan pengembangan sistem informasi pasar kerja di Indonesia mencakup empat fungsi utama, yaitu bimbingan karier, job matching, analisis pasar kerja, dan basis kebijakan publik (active labor market policy).

Baca juga: Kepala Bappenas berharap 2022 jadi tahun kunci pemulihan ekonomi RI

Pengembangan sistem informasi pasar kerja tersebut akan menghasilkan data dan informasi ketenagakerjaan yang kuat dan akurat. Selanjutnya, masyarakat pekerja dan pencari kerja dapat mengambil manfaat, serta intervensi kebijakan ketenagakerjaan dapat lebih efektif dan efisien.

"Keempat fungsi sistem informasi pasar kerja tersebut harus dapat disediakan dengan baik sehingga masyarakat bekerja dan pencari kerja dapat memperoleh manfaatnya. Di sisi lain, sistem informasi pasar kerja yang baik tentunya dapat menjadi intervensi kebijakan publik di bidang ketenagakerjaan hingga lebih tepat sasaran," jelas Suharso.

Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen menyampaikan investasi sumber daya manusia yang lebih baik dibutuhkan sebagai upaya mendukung Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi dengan masyarakat kelas menengah yang kuat. Investasi SDM diperlukan untuk secara efektif memenuhi permintaan sektor tenaga kerja yang berubah dengan cepat.

"Dua studi yang dipersiapkan oleh Bank Dunia bertujuan untuk mendukung pemerintah Indonesia menjawab pertanyaan terkait jenis pekerjaan yang kemungkinan besar akan dibutuhkan di masa depan dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut," katanya.

Ia juga menambahkan Bank Dunia akan terus mendukung upaya pemerintah menciptakan tenaga kerja yang berketerampilan tinggi dan produktif, yang merupakan hal penting dalam meraih tujuan-tujuan Indonesia.

Baca juga: Bappenas: Transparansi jadi kunci penanganan pandemi COVID-19

IOEO yang merupakan hasil Occupational and Employment Vacancy Survey (OEVS) pada 2019 tersebut menghasilkan data prospek atau prediksi pekerjaan dalam jangka pendek, serta mengidentifikasi prospek pekerjaan "cerah" (bright) sampai "redup" (dim) dalam jangka pendek.

Sementara itu, IndOTaSk merupakan data tambahan terkait keterampilan dan tugas untuk pekerjaan "cerah" dengan mengadaptasi metodologi yang dipakai Amerika Serikat dan diakui secara global, yaitu Occupational Information Network (O*NET). IndOTaSk menguraikan tugas dan keterampilan pada 51 okupasi yang diidentifikasi sebagai okupasi dengan kebutuhan tinggi dan atau strategis untuk Indonesia.

Diseminasi laporan IOEO dan IndOTaSk 2020 diharapkan dapat semakin meningkatkan awareness seluruh pemangku kepentingan, seperti kementerian/lembaga, dunia usaha dan dunia industri, lembaga pendidikan dan pelatihan, lembaga riset, dan mitra pembangunan, akan pentingnya informasi yang detail tentang kebutuhan keahlian dan keterampilan di pasar kerja sebagai dasar pembangunan sumber daya manusia.

Laporan tersebut juga diharapkan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan vokasi agar lebih efisien dan mampu membekali lulusan dengan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja.

Baca juga: Menteri PPN: RI harus kerja keras dan kerja cerdas capai Visi 2045

Baca juga: Bappenas perkirakan ekonomi RI terkontraksi 0,9 persen kuartal I


Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2021