Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua MPR RI Fadel Muhammad mengusulkan pembuatan Terusan Khatulistiwa yang menghubungkan Teluk Tomini dan Selat Makassar terkait pemindahan ibu kota negara ke Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

"Saya mengusulkan pembangunan Terusan Khatulistiwa. Jika itu berhasil, Gorontalo akan memperoleh keuntungan besar karena pelayaran menuju ibu kota baru akan melalui Gorontalo," kata Fadel dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.

Menurut Fadel, terusan Khatulistiwa akan memberikan penghematan jarak dan waktu lalu-lintas laut, khususnya dari Maluku Utara dan Papua menuju ibukota baru. Pembuatan Terusan Khatulistiwa juga akan berpotensi menyediakan tanah dan pasir bagi pembangunan ibu kota.

"Kalau ini bisa disepakati oleh Silatnas III, kemudian diperjuangkan ke pusat, nantinya pembiayaan proyek ini bisa menggunakan APBN, sebagai proyek pemerintah pusat. Ini harus diperjuangkan untuk mewujudkan visi Gorontalo Emas 2045," jelas Fadel.

Baca juga: Ari Dwipayana: IKN baru representasi kemajuan bangsa
Baca juga: Kunjungi Maluku Utara, Luhut pastikan pembangunan infrastruktur Sofifi
Baca juga: KSP: Pemerintah siapkan pengembangan SDM di Ibu Kota Negara baru


Usulan pembuatan Terusan Khatulistiwa juga disampaikan Fadel saat menjadi pembicara kunci pada puncak acara Silaturahim Nasional (Silatnas III) Masyarakat Gorontalo, Sabtu (26/6) malam.

Fadel mengatakan sektor partanian dan peternakan juga memberi kontribusi yang cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat di Provinsi Gorontalo. Ke depan pertanian harus terus menjadi tulang punggung, khususnya jagung. Komoditas jagung juga bisa menjadi simbol keberhasilan pertanian di Gorontalo.

"Dulu hasil Jagung kita hanya 50 ribu ton, lalu meningkat menjadi 1,8 juta ton. Jumlah tersebut bisa ditingkatkan, sekaligus menjadi primadona ekspor dari Gorontalo," jelas Fadel.

Selain itu, Fadel menegaskan sektor pariwisata juga perlu dikembangkan. Apalagi, Gorontalo memiliki kekayaan pemandangan laut yang sangat indah, juga pemandangan perbukitan yang menawan. Sayangnya, hingga kini potensi tersebut belum dikembangkan dengan baik. Baru kelompok-kelompok kecil masyarakat tertentu saja yang sudah memanfaatkannya.

Pewarta: Fauzi
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2021