Saya sangat menghormati dia sebagai seorang pria, terlebih sebagai pemain bola basket, tahu pasti betapa besarnya dia menginginkan hal ini dan betapa lama waktu yang dia butuhkan untuk mencapainya, 16 tahun ...
Jakarta (ANTARA) - Air mata menetes ke pipi Chris Paul. Sebuah pesan yang ditulis dengan tinta hitam tertera di atas sepatunya, "Can’t give up now" atau "jangan menyerah".

Dan setelah 16 tahun tak pernah menyerah dalam kariernya di NBA, point guard bintang itu mencapai Final NBA pertamanya, selain mengantarkan Phoenix Suns untuk pertama kali dalam 28 tahun terakhir masuk Final NBA.

Terakhir kali Suns masuk Final NBA pada 1993 ketika dalam final itu Charles Barkley cs menyerah enam gim kepada Chicago Bulls yang dipimpin legenda NBA Michael Jordan.

Baca juga: Phoenix Suns ke Final NBA setelah juarai Wilayah Barat

Final NBA lainnya yang pernah diikuti Suns adalah pada 1976 ketika mereka takluk kepada Boston Celtics, juga dengan enam gim.

Suns dan Chris Paul sama-sama menantikan momen ini yang akhirnya terwujud setelah lama menunggu.

Paul sendiri, 16 tahun tak merasakan level tertinggi kompetisi bola basket profesional Amerika Serikat itu. 16 tahun menjadi salah satu pemain terbaik NBA tetapi tak pernah merasakan atmosfer bertarung dalam Final NBA. 16 tahun memainkan 1.213 pertandingan reguler dengan bertabur penghargaan individual tetapi tak pernah mengenakan cincin juara NBA.

Butuh mental kuat, kesabaran ekstra tinggi, dan tentu saja, semangat pantang menyerah seperti dia tuliskan dalam sepatunya itu. Padahal usianya yang sudah 36 tahun adalah ambang senja karirnya.

Rabu malam waktu Los Angeles tanggal 30 Juni itu, di Staples Center di tempatnya pernah lama berkandang, dalam gim keenam Final Wilayah Barat, dia memborong 41 poin untuk melesatkan Suns terbang tinggi ke awan dengan mencatat kemenangan besar 130-103 atas Los Angeles Clippers.

Konklusi pentingnya adalah Suns mengakhiri final wilayah itu dengan 4-2 untuk menjadi juara Wilayah Barat, dan oleh karena itu Suns berhak ke Final NBA, setelah 28 tahun menunggu.

Karena bola basket permainan tim, maka tentu sukses Suns ini juga berkat sumbangsih semua orang dalam roster tim NBA yang bermarkas di ibu kota negara bagian Arizona yang juga kota terpadat di negara bagian itu dan kota paling padat kelima di Amerika Serikat.

Baca juga: Patrick Beverley minta maaf sudah dorong Chris Paul

Baru setahun bersama Suns

Namun sukses Suns itu menjadi demikian terpusat kepada Chris Paul. Bukan semata karena poin terbanyak yang dia petik, namun lebih karena semangat pantang menyerahnya dan terus mencoba walau raga terus digerogoti usia yang sebenarnya melambangkan semangat pantang menyerah ala Amerika Serikat.

Semua orang memuji dia, dari sesama pemain NBA seperti Stephen Curry dan Dwyane Wade, sampai selebritis dan pastinya media massa.

Mereka kagum kepada semangatnya yang terus menyala dalam merengkuh yang terbaik dan ternyata menjadi sumber inspirasi pemain-pemain Suns lainnya untuk menang dan terus menang, untuk semakin baik dari satu tempat ke tempat lain, dari jadwal ke jadwal, sampai Suns pun masuk playoff NBA dengan catatan terbaik kedua dalam musim reguler NBA lalu. Mereka menjadi unggulan kedua dalam boks kompetisi pascamusimnya.

Sudah 11 kali Paul menjadi pemain All-Star. Dia tak mau menyelami pengalaman serupa dialami para mantan bintang NBA seperti Tracy McGrady, Bernard King, George Gervin dan Dominique Wilkins yang beberapa kali masuk All-Star tetapi tidak pernah merasakan tampil dalam Final NBA.

Dia kini sedikit lebih maju dari bintang Portland Trail Blazers Damian Lillard yang sampai kini berusaha mati-matian menjadi pemain bintang yang juga merasakan atmosfer Final NBA.

Baca juga: Chris Paul kembali perkuat Suns pada gim ketiga final Wilayah Barat

Tekad kuatnya untuk mengakhiri paceklik Final NBA itu membuat dia tampil kesetanan dalam gim keenam melawan Clippers. Tanpa satu kali pun melakukan kesalahan umpan, Paul kembali mencatat poin terbanyak selama karirnya dengan 41 poin. Dan itu tak cukup, karena dia juga membuat delapan assist, dan mencuri tiga steal.

Setelah Karl "Mailman" Malone, Paul menjadi pemain tertua dalam sejarah NBA yang meraup poin sebanyak itu dalam satu pertandingan playoff.

Dan dia melakukan itu semua pada musim pertamanya bersama Suns. Kepindahan Paul ke Suns ini sendiri terbilang berani karena dia bersedia bergabung dengan tim yang dua musim lalu mencatat kinerja paling buruk di Wilayah Barat dan juga tim yang tak pernah masuk Final NBA sejak Charles Barkley dan John Paxson diremukkan oleh Chicago Bulls pada Final NBA 1993.

"Mereka menyambut saya dengan tangan terbuka," aku Paul seperti dikutip laman NBA.

Beruntung bagi Suns. Paul tidak sedang ancang-ancang menutup karirnya. Dia justru bersiap untuk bersinar lagi di sini. Oleh karena itu yang terjadi kemudian malah dia masuk calon MVP dan All-NBA musim 2020-2021, mengulangi apa yang pernah dia capai saat bersama Oklahoma City Thunder tahun lalu.

Baca juga: Chris Paul absen bela Phoenix Suns karena protokol COVID-19

Menuju cincin juara NBA

Dan kebetulan, status juara Wilayah Barat itu disegel Suns di Los Angeles di Staples Center di mana selama enam tahun Chris Paul menjadi bintang Clippers. Tetapi selama di sana, Paul dan Clippers tidak selalu bisa mencapai playoff, apalagi Final NBA.

Tidak puas bersama Clippers, Paul ganti perahu dengan Houston Rockets. Di sana dia bermitra dengan James Harden yang tak kunjung merasakan cincin juara NBA.

Kemudian, cedera hamstring saat unggul 3-2 melawan Golden State Warriors tiga tahun lalu menghancurkan karier Paul, yang setahun setelah itu berselisih dengan Harden untuk kemudian banting setir lagi dengan merapat kepada Oklahoma City Thunder.

Setelah satu musim bersama Thunder, dia lalu bergabung dengan Suns. Di sini, dia berkolaborasi dengan shooting guard Devin Booker dan memotivasi rekan-rekan satu timnya yang tak pernah merasakan atmosfer bermain pada babak playoff.

Baca juga: Thunder rela Chris Paul pergi, namun tak ada opsi tersedia

"Sejak lama saya mengagumi dia," kata Booker, yang 12 tahun lebih muda dari Chris Paul. "Saya belajar begitu banyak dari dia tahun ini. Dia sungguh profesional sejati dalam semua level pada setiap masa."

"Saya sangat menghormati dia sebagai seorang pria, terlebih sebagai pemain bola basket, tahu pasti betapa besarnya dia menginginkan hal ini dan betapa lama waktu yang dia butuhkan untuk mencapainya, 16 tahun, itu lama sekali," kata Booker.

Kekaguman sama diutarakan pelatih pertama Paul di NBA, Monty Williams. Williams melatih Paul saat masih bersama New Orleans Hornets yang pada 2013 berganti nama menjadi New Orleans Pelicans.

"Saya bahagia sekali demi Chris. Saya menyaksikan upaya yang dia curahkan dan perhatian serta air mata setelah pertandingan itu. Anda tak menyangka dia bakal sampai di posisi ini," kata Wiliams.

Kini yang dilakukan Paul adalah menggapai tonggak lainnya, menjuarai NBA bersama Suns.

Jika Suns dan dia bisa mengalahkan Milwaukee Bucks atau Atlanta Hawks dalam Final NBA beberapa hari nanti karena Bucks dan Hawks masih bertarung memperebutkan satu jatah lagi ke Final NBA, maka Paul tak akan senasib dengan Charles Barkley, Patrick Ewing, Karl Malone dan Allen Iverson, yang semuanya adalah legenda NBA tetapi telunjuk mereka tak pernah disematkan cincin juara NBA.

Baca juga: Hawks samakan kedudukan 2-2 final Wilayah Timur lawan Bucks

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2021