Johannesburg (ANTARA News) - Setelah Korea Utara mencapai perempat-final Piala Dunia 1966 di Inggris, inilah untuk pertama kalinya sejak Piala Dunia digelar pada 1930, dua wakil dari Asia, yaitu Jepang dan Korea Selatan lolos ke babak 16 besar secara bersamaan di luar benua mereka.

Dari empat wakil Asia (Korea Selatan, Korea Utara, Australia dan Jepang), hanya Korea Utara yang bernasib tragis setelah digunduli Portugal 0-7, meski sebelumnya sempat memberi harapan karena mampu memberi harapan meski akhirnya takluk 1-2 kepada tim favorit Brazil.

Pertandingan terakhir di penyisihan Grup G menghadapi Pantai Gading, Jumat (25/6), sudah tidak akan memberikan pengaruh apa apa lagi bagi tim berjuluk "Chollima" itu.

Sementara Australia, yang untuk pertama kali bergabung ke Zona Asia karena tidak punya lawan seimbang di Zona Oceania, juga memperlihatkan hasil yang tidak mengecewakan.

Hanya nasib sial yang membuat "Socceroos" yang ditangani pelatih Pim Verbeek itu gagal ke babak 16 besar gara-gara kalah selisih gol dengan Ghana, satu-satunya wakil Afrika yang tersisa.

Dibanding Korea Selatan, Jepang melaju ke babak kedua dengan lebih meyakinkan setelah diluar dugaan berhasil menjinakkan Denmark dengan skor 3-1 pada pertandingan terakhir penyisihan Grup D.

Dengan bermodalkan semangat pantang menyerah, ternyata Samurai Biru mampu menjinakkan sumbu Tim Dinamit sehingga tidak bisa meledak. Tim asuhan pelatih Takeshi Okada yang penuh percaya diri itu pun mendampingi Belanda ke babak kedua, menyamai prestasi saat menjadi tuan rumah Piala Dunia 2002.

Apa yang diperlihatkan Jepang sungguh sangat berbeda dengan saat mereka sempat terseok-seok untuk lolos kualifikasi di Zona Asia.

Okada pun mendapat cibiran karena dianggap tidak rasional dengan menargetkan lolos sampai semifinal di Afrika Selatan, apalagi mereka gagal meraih satu pun kemenangan saat beberapa kali menjalani pertandingan uji coba.

Cibiran dan ketidak yakian tersebut dipastikan akan berganti harapan, karena bukan tidak mungkin Jepang akan melangkah lebih jauh melewati apa yang selama ini hanya dianggap sebagai angan-angan.

Di Tokyo, ribuan pendukung tumpah ke jalan di Shibuya, pusat kebudayaan pemuda untuk merayakan sukses tersebut sampai pagi.

Para pendukung memenuhi cafe, bar dan stadion di hampir seluruh negeri yang menyiarkan pertandingan tersebut secara langsung melalui layar lebar.

"Saya sangat gembira karena saya tidak menyangka tim Jepang akan menang," kata Yoko Tamada, 26, seorang pramugari yang berbaur dengan sekitar 300 penonton lainnya di sebuah cafe di distrik dekat Shibuya.

"Saya berharap, kami bisa menembus empat besar. Atau bahkan tampil sebagai juara, siapa tahu," katanya.

Pada waktu yang bersamaan, sekitar 5.000 pendukung berkumpul di Stadion Saitama diluar kota Tokyo untuk memberikan dukungan sampai tidak henti-hentinya berteriak "Nippon.... Nippon."

Phillipe Troussier, mantan pelatih Jepang yang mengantar Samurai Biru ke babak kedua Piala Dunia saat menjadi tuan rumah pada 2002, juga menyampai kekagumannya.

"Jepang tampil sangat solid dan dengan pertahanan yang cerdas. Tidak banyak melakukan kesalahan dan sangat stabil," kata Troussier.

Korea Selatan

Korea Selatan, negara tetangga Jepang yang secara tradisional selalu menjadi wakil Asia di pesta sepak bola terbesar dunia itu, sudah lebih dulu melangkah ke babak kedua, meski tidak mulus.

Setelah menghantam negara para dewa Yunani 2-2, giliran pasukan Pejuang Taeguk dilindas goyang tango Argentina dengan skor telak 1-4.

Hanya hasil imbang 2-2 dengan Nigeria pada pertandingan terakhir Grup B yang meloloskan Korea Selatan ke babak kedua, mendampingi Argentina yang menyapu semua pertandingan dengan kemenangan.

Seperti halnya Jepang, bagi Korea Selatan, inilah prestasi terbaik mereka di benua Asia setelah mencapai prestasi tertinggi dengan menembus semifinal Piala Dunia 2002 saat menjadi tuan rumah.

Dari delapan kali mereka berkompetisi di Piala Dunia, enam diantaranya selalu kandas di babak pertama.

Namum berbeda dengan tetangga Jepang yang jauh-jauh hari dengan penuh percaya diri menargetkan masuk semifinal, Korea Selatan tampaknya lebih "tahu diri" karena target mereka memang hanya sampai babak kedua.

Target tersebut sudah tercapai dan pasukan asuhan pelatih produk dalam negeri Huh Jung-moo, mulai berani untuk memasang target lebih tinggi, yaitu semifinal.

"Kami sudah mencapai target pertama kami mencapai babak 16 besar. Setelah itu, siapa pun dapat menerka apa target kami berikutnya, tapi saya tahu para pemain akan segera merancang target yang lebih tinggi. Kini mereka tidak akan puas dengan hanya sudah maju. Mereka ingin ke semifinal," kata Huh, pelatih yang dikritik oleh Maradona karena menampilkan gaya bertanding yang mirip atlet taekwondo.

"Tujuan kami maju ke putaran 16 besar. Kami sukses dalam melakukan hal ini untuk yang pertama kali di luar rumah. Jadi saya amat bahagia dengan apa yang sudah kami capai ini di Afrika Selatan. Semua pemain tahu seberapa pentingnya momen ini," kata kapten Korsel Park Ji Sung, bintang klub Inggris Manchester United.

Pada pertandingan babak 16 besar pada Sabtu (26/6) dan Selasa (29/6), seluruh mata penggemar sepak bola Asia dipastikan akan tertuju ke Port Elizabeth dan Pretoria.

Saat itu, Korea Selatan akan bertarung menghadapi juara Grup A Uruguay, sementara Jepang menantang negara Amerika Selatan lainnya, Paraguay, juara Grup F.

Sekitar empat miliar penduduk Asia tentu sangat berharap agar Korea Selatan dan Jepang mampu membawa sepak bola Asia ke tingkat yang lebih tinggi, tidak hanya sekadar jago kandang.

(A032/T009/S026)

Pewarta: Oleh Atman Ahdiat
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010