Kita membutuhkan devisa dari mereka
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah mendorong para penyelenggara umrah agar menangkap peluang bisnis dan wisata saat menggelar umrah tanpa mengenyampingkan aspek ibadah pada era pascapandemi COVID-19.

"Aspek ibadah kita makin diperkuat tetapi peluang bisnis dan wisata harus juga kita dorong. Sehingga nilai manfaat yang bisa kita dapatkan tetapi asensi ibadahnya tetap pada tujuan," ujar Plt. Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah Khoirizi dalam siniar yang dipantau dari Jakarta, Senin.

Khoirizi mengatakan potensi jumlah pemberangkatan ibadah umrah di Indonesia sangat tinggi dapat mencapai satu hingga dua juta orang tiap tahunnya.

Tingginya animo masyarakat Indonesia untuk berangkat umrah maka harus disikapi dengan peningkatan kualitas layanan dari para penyelenggara. Menurutnya, wisata umrah berbeda dengan wisata-wisata pada umumnya, sehingga aspek ibadah tidak boleh dikesampingkan.

"Pemerintah mendorong penyelenggara umrah mengambil peluang ini. Ketika bicara peluang bisnis dan wisata, maka banyak aspek yang perlu kita perbaiki," kata dia.

Baca juga: Promosi wisata religi bisa dikemas dengan pendekatan "storytelling"

Baca juga: Menparekraf sebut masjid tsunami Aceh jadi tujuan wisata religi


Ia menyoroti peluang bisnis dan wisata saat penyelenggaraan umrah ini harus juga memberikan dampak kemaslahatan bagi umat. Sehingga aspek spiritualitas dan sosial bisa berjalan berbarengan.

Namun yang menjadi perhatiannya, wisata religi jangan dijadikan sebagai alat mencari keuntungan tanpa sesuai dengan kaidah maupun syarat sesuai ketentuan Islam seperti menyelenggarakan haji virtual maupun umrah virtual.

"Jangan dijadikan pada masa pandemi oleh pihak mencari keuntungan. Hari ini banyak muncul haji virtual, umrah virtual, ini menyesatkan. Boleh saja menyelenggarakan haji atau umrah virtual tapi bukan prosesi ibadahnya, tetapi manasiknya; manasik virtual haji, manasik virtual umrah. Jangan disamarkan untuk mencari keuntungan dan menipu masyarakat mengatakan ada haji atau umrah virtual dengan biaya rendah, ini menyesatkan," kata dia.

Sementara itu, Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekaf Nia Niscahya mengatakan wisata religi bukan hanya berbicara perihal menikmati keindahan suatu objek, tetapi berkaitan dengan aktivitas yang berhubungan dengan aspek keagamaan.

Ia mendorong agar biro perjalanan khususnya umrah plus tidak hanya memberikan penawaran selain umrah dan kunjungan ke sejumlah negara, tetapi juga mampu menarik wisatawan mancanegara balik berkunjung ke Indonesia.

"Bagaimana berkolaborasi dengan negara atau tur operator setempat yang dikunjungi agar mereka membawa ke Indonesia. Kita membutuhkan devisa dari mereka," katanya.

Baca juga: Wisata religi bisa bantu pulihkan pariwisata Borobudur

Baca juga: Masjid Babah Alun Desari jadi destinasi wisata religi Jakarta Selatan

 

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021