Surabaya (ANTARA) - Perjuangan para tenaga kesehatan (nakes) dalam melayani pasien COVID-19 di sejumlah fasilitas pelayanan kesehatan baik rumah sakit maupun puskesmas selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat patut diapresiasi.

Kerja kerasnya dalam menjaga serta merawat masyarakat yang terpapar tidak pernah henti dilakukan. Bahkan, sebagai garda terdepan, mereka rela mempertaruhkan nyawa.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, dimulai sejak awal pandemi hingga saat ini, ratusan nakes sudah terpapar COVID-19. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Surabaya menyebut ada sekitar 270 nakes yang terpapar virus corona.

Sebagian dari mereka sembuh, namun tidak sedikit dari mereka yang meninggal. Semua itu, dilakukan para nakes tidak lain adalah mengutamakan keselamatan masyarakat khususnya di Kota Surabaya.

Seperti yang dialami Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan dan Penunjang Medik RSUD dr Mohamad Sowandhie Arif Setiawan. Ia menceritakan perjuangannya dalam menangani kasus COVID-19. Bahkan melihat keterbatasan jumlah nakes, ia pun sampai rela mengorbankan jatah liburnya demi memberikan penanganan terbaik kepada para pasien.

"Kami tidak kenal lelah, tidak libur pula. Karena selain jumlah yang terbatas, rekan-rekan kami juga harus isoman (isolasi mandiri) karena terpapar. Makanya, kami yang sehat ini terus berjuang," kata Arif di Surabaya, Kamis.

Arif menceritakan, awalnya saat bertugas di RSUD dr Mohamad Sowandhie jumlah tempat tidur yang disediakan untuk pasien COVID-19 berjumlah 90, namun seiring pertambahan kasus akhirnya RSUD tersebut terus menambahnya hingga berkapasitas 161 orang.

Bahkan, lobi rumah sakit pun dirombak menjadi ruangan pasien. Bagaimana pun caranya para nakes terus berusaha supaya masyarakat yang sakit bisa tertampung dan sembuh dari penyakit yang dideritanya.

Selain itu, kini Arief yang bertugas ditempatkan di Rumah Sakit Lapangan Tembak (RSLT) Keding Cowek Surabaya mengaku cukup ekstra tenaga saat bertugas. Apalagi menurutnya, pasien yang berada di sana mengalami gejala ringan dan berat.

Baca juga: Ribuan napi Lapas Porong ikuti vaksinasi COVID-19

Buat prioritas

Ada pasien yang datang dengan kondisi saturasi sudah di bawah 80. Ia mengaku kalau mengawasi oksigen saat jaga malam tidak bisa tidur karena khawatir oksigen pasien habis. Tiap satu jam ia menengok satu per satu sampai subuh begitu seterusnya.

"Itu masih baru oksigen belum perawatan yang lainnya. Kami terus berupaya maksimal menyembuhkan pasien. Tetapi kembali lagi lonjakan begitu cepat," katanya.

Hal yang sama juga dialami oleh Kepala Puskesmas Ketabang Surabaya Joyce Hestia Nugrahanti. Bagi dia, tidak ada nakes yang tidak ingin pasiennya lekas sembuh.

Ia menilai kesembuhan pasien adalah yang utama. Apalagi yang terjadi di Puskesmas Ketabang merupakan wilayah yang terdiri dari perkantoran dan pemukiman.

Puskesmas tersebut merawat warga yang isolasi mandiri (isoman), melakukan vaksinasi serta 3T (tracing, testing dan treatment). Bahkan pelayanan umum pun juga tetap buka. Apalagi saat ini puskesmas dituntut memberikan pelayanan selama 24 jam nonstop.

Dengan nakes berjumlah 41 orang, Joyce mengaku terkadang sedikit mengalami kesulitan dalam membagi kegiatan. Misalnya, pada hari yang sama terdapat pelaksanaan kegiatan secara vaksinasi massal, tes usap massal dan penanganan pasien terpapar hingga tetap melakukan 3T.

Apalagi, beberapa nakes yang juga harus melakukan isolasi mandiri akibat terpapar COVID-19.

"Kami buat prioritas. Mana lokasi yang membutuhkan dokter, atau perawat atau bidan yang menjadi tim pengusap. Misalnya, skrining, biasanya bisa tim pengusap bisa juga nakes yang lain. Kami harus mengatur sedemikian rupa supaya dokter kami yang hanya lima orang ini bisa menangani semuanya," katanya.

Tidak berhenti sampai di situ, puskesmas yang kini buka 24 jam menjadi tantangan tersendiri bagi para nakes untuk lebih semangat. Oleh sebab itu, di kondisi saat ini tak lantas membuat Joyce dan jajarannya patah semangat begitu saja.

Menurutnya, pada kondisi saat inilah jihad para nakes. Meskipun beban kerjanya dinilai semakin berat, dengan jumlah personal yang sedikit ia mengajak jajarannya untuk selalu semangat menjaga stamina.

Ia sampaikan jihad nakes sekarang adalah bagaimana caranya dengan jadwal kerja yang banyak tetap sehat, vitamin. Istirahat berkualitas, sehingga tetap sehat dan kuat. Kalau yang jaga malam, maka besoknya diupayakan untuk libur.

Sementara itu, Kepala Puskesmas Rangkah Dwiastuti Setyorini mengaku jam istirahatnya memang berkurang karena lembur setiap hari. Tetapi satu hal yang menjadi pesannya kepada para nakes untuk tidak terlambat makan. Ini menjadi penting supaya imun para nakes tidak menurun sehingga maksimal dalam melayani warganya.

"Saya juga berpesan kepada nakes yang mayoritas adalah perempuan. Sampaikan kepada suaminya agar dapat mengerti keadaan saat ini," kata Ririn sapaan lekatnya.

Memang saat ini Kota Pahlawan sedang membutuhkan relawan di bidang tenaga kesehatan. Dia juga menceritakan berbagai kendala, suka duka, hingga tantangan yang setiap hari dihadapinya.

Tetapi dia meyakini, bahwa tidak ada kesulitan yang tidak ada jalan keluarnya. Menurutnya, ini adalah saatnya para nakes itu diuji. Apalagi wilayah Tambaksari ini lumayan luar biasa tantangannya.

Baca juga: Surabaya siapkan rumah sakit darurat di kompleks Gelora Bung Tomo

Semangati nakes

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi membiasakan berkeliling ke rumah sakit di Kota Pahlawan, Jatim, guna memberikan semangat kepada para nakes yang saat ini berjuang menangani pasien COVID-19.

Bahkan setiap kali bertemu dengan nakses, Eri selalu mengingatkan untuk tidak mempedulikan omongan orang lain yang berkata bahwa apa yang mereka lakukan merupakan sebuah risiko dari pekerjaan.

Menurut Eri, apa yang dilakukan nakes merupakan sebuah pengabdian. "Bayangkan siapa yang mau mendekatkan dirinya ke sebuah penyakit menular, inilah perjuangan dari nakes," kata Eri saat bertemu dengan nakes di RSUD Soewandhie Surabaya beberapa waktu lalu.

Tanpa perjuangan nakes mungkin kota ini tidak akan bertahan menghadapi pandemi COVID-19 seperti saat ini. Oleh sebab itu nakes harus tetap kuat, ikhlas dan sabar dalam menghadapi masa pandemi ini.

Perjuangan yang harus dilalui oleh nakes memang sangat berat, namun Eri percaya bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan umatnya.

Ia sadar betul bagaimana perjuangan nakes di masa pandemi ini, mengorbankan raganya 24 jam berdiri di barisan terdepan menghadapi COVID-19 dengan risiko turut terpapar COVID-19, meskipun telah mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) secara lengkap.

Eri mengucapkan terima kasih atas kerja keras dan perjuangan para nakes di masa pandemi ini. Oleh karena itu, ia berdoa agar perjuangan yang dilakukan oleh nakes dibalas oleh Allah SWT dengan selalu diberikan kesabaran, kesehatan, rezeki yang berlimpah, dan perjuangan yang dilakukan oleh nakes dicatat sebagai amal jariah.

Selain wali kota, pimpinan DPRD Surabaya juga memberikan dukungan, semangat, dan ucapan terima kasih kepada para tenaga kesehatan (nakes) dan petugas yang menjalankan pengabdian luar biasa saat puskesmas buka 24 jam nonstop.

"Semua nakes yang saya temui tidak mengeluh. Namun, saya tahu, beban tugas nakes sangat berat. Pemerintah harus perhatikan keselamatan dan ketahanan kesehatannya," kata Wakil Ketua DPRD Surabaya Reni Astuti.

Reni Astuti meninjau pelayanan kesehatan di delapan puskesmas yang tersebar di beberapa wilayah Kota Surabaya pada Rabu (14/7) malam hingga Kamis dini hari.

Dia mulai berkeliling sejak pukul 21.30 WIB hingga menjelang Subuh. Lokasi yang dikunjungi di antaranya Puskesmas Mulyorejo, Bulak Banteng, Simolawang, Banyu Urip, Manukan Kulon, Balongsari, Gunung Anyar, dan Keputih.

Ia mengatakan dengan datang ke puskesmas ia bisa lebih mengetahui dan bisa melihat kondisi langsung bagaimana berjibakunya para nakes dan petugas dalam melayani warga Kota Surabaya di masa darurat ini.

Baca juga: Polisi kembali tetapkan tersangka kericuhan PPKM darurat di Surabaya

Relawan nakes

Wakil Wali Kota Surabaya Armuji menangkap usulan dari berbagai pihak untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan di antaranya menyiapkan relawan tenaga kesehatan yang direkrut dari mahasiswa semester akhir Fakultas Kedokteran atau Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) di Surabaya.

Usulan tersebut didapat pada saat Armuji memimpin rapat koordinasi penanganan COVID-19 secara daring dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Surabaya, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Surabaya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) , Distributor Obat, Persatuan Rumah Sakit Indonesia (Persi), Forkopimda dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkot Surabaya pada Rabu (14/7).

"Harapannya nanti relawan kesehatan akan dapat membantu pelayanan di puskesmas. Tentunya kami akan berkonsultasi dengan kementerian kesehatan, fakultas kedokteran dan Stikes di Surabaya," katanya.

Ia juga menegaskan dalam situasi darurat seperti ini, Pemkot Surabaya dituntut untuk mengambil langkah cepat untuk menjamin keselamatan warganya. Untuk itu, perlu terobosan untuk menghindari administrasi yang ribet dan birokratis, seperti obat atau vaksin bisa dikeluarkan izin edar darurat. Begitu juga rekrutmen relawan kesehatan harusnya bisa juga bisa dipermudah di situasi pandemi ini.

Perjuangan nakes yang dinilai cukup berat tersebut patut mendapat penghargaan setimpal. Tidak hanya persoalan gaji dan tunjangan yang tetap diberikan dan bila perlu ditambah, melainkan yang juga penting adalah jaminan kesehatan nakes dan keluarganya. Hal ini penting dilakukan agar para nakes bisa bekerja maksimal menyehatkan masyarakat. (*)

Baca juga: Sejumlah elemen gelar aksi sosial beri makan warga isoman di Surabaya

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021