Jakarta (ANTARA) - Kolaborasi lintas industri menjadi hal penting dalam pengembangan bisnis di era digital guna menghasilkan karya atau produk yang beragam dan sesuai tren di masyarakat.

Hal itu diungkapkan Brand & Marketing Director dari usaha fesyen COTTONINK Ria Sarwono yang mengungkapkan rahasia bisnisnya dapat bertahan lebih dari satu dekade selama melakukan penjualan memanfaatkan ruang- ruang digital.

"Kolaborasi itu penting banget sih, misalnya kami COTTONINK, kita punya banyak sekali kolaborasi dengan orang- orang di luar industri kita. Sebutlah Raisa, Isyana Sarasvati, Vanesha Prescillia. Nah ini membuat kita jadi spesial, karena kita buat style yang mengikuti mereka. Tapi tetap ini menunjukan tujuan kami, bahwa produk kami ini untuk wanita muda Indonesia,” kata Ria dalam webinar di Jakarta, Jumat.

Baca juga: "Go digital" jadi kunci UMKM raup untung di PPKM darurat

Baca juga: Galeri Indonesia x Blibli Mitra dorong digitalisasi UMKM


Kolaborasi- kolaborasi ini pun menjadi cara agar semakin banyak varian yang bisa ditampilkan di platform daring dan pelanggan atau calon konsumen tidak merasa bosan dan juga tetap menjaga informasi terbaru dari produk dan bisnis yang dipasarkan secara daring itu.

Dengan berkolaborasi, pelaku usaha dapat menghasilkan lebih banyak inspirasi dan juga memberikan kisah inspiratif bagi pelaku usaha lainnya untuk terus berkarya menghasilkan produk yang tidak hanya unik tapi juga berkualitas.

Pentingnya kolaborasi dalam bisnis di era digital juga disampaikan oleh creativepreneur Fellexandro Ruby.

Kolaborasi dapat juga dijadikan sebagai langkah untuk menciptakan sebuah target market hingga produk jika dikerjakan dengan koordinasi penuh yang baik.

Ia mencontohkan dengan budaya "instastory" yang saat ini digandrungi oleh generasi Z.

“Sangat mungkin bagi anda bekerja sama dengan yang namanya influencer, atau artis, atau orang berpengaruh yang memiliki pengikut atau audiens. Saya beri contoh ada teman saya yang ingin buat bisnis, lalu dia menggandeng satu agensi pemasaran isinya gen Z semua. Nah uniknya dia buka usaha malah berdiskusi dulu sama anak- anak gen Z ini. Dia bahkan belum punya produknya, jadi dia meminta bantuan dari gen Z ini untuk lakukan survei lewat media sosialnya hingga hal yang sedang hits di kalangan gen Z,” kata Ruby.

Dengan survei singkat yang dilakukan di media sosial lewat instastory rupanya temannya itu berhasil menemukan sebuah formula yang disukai generasi Z dan akhirnya merilis produk tersebut mengikuti hasil survei itu.

Menariknya dari perencanaan yang terlihat kurang persiapan itu, justru pebisnis itu berhasil menjual 1.000 produk dalam waktu 1 hari.

Taktik sejenis ini perlu dilakukan oleh para pelaku UMKM saat ini agar dapat tetap bertahan dan justru bisa melipat gandakan profit dari bisnisnya.

Baca juga: Tips buka usaha dengan modal pas-pasan di tengah pandemi

Baca juga: Cottonink jahit 10 ribu APD untuk tenaga medis

Baca juga: Kominfo: Digitalisasi perizinan tingkatkan PNBP 2020


Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021