Brasilia (ANTARA) - Majelis rendah Kongres Brazil menolak rencana Presiden Jair Bolsonaro dari kubu sayap kanan untuk mengubah sistem penghitungan suara pada Selasa, meski militer menggelar unjuk kekuatan.

Politisi menyebut iring-iringan tank AL, kendaraan tentara bersenjata, dan kendaraan amfibi sebagai bentuk intimidasi yang dilakukan beberapa jam sebelum anggota dewan melakukan pemungutan suara pada usulan amandemen konstitusi yang didukung Bolsonaro.

Majelis rendah Kongres menolak usulan itu dengan hasil 229 suara mendukung, 218 suara menolak, dan satu abstain, sementara puluhan anggota tidak hadir.

Jumlah suara pendukung tidak mencapai tiga per lima mayoritas yang diperlukan untuk menyetujui sebuah amandemen.

Angkatan Laut mengatakan parade itu telah direncanakan jauh sebelum pemungutan suara digelar majelis rendah Kongres dan dimaksudkan untuk mengundang presiden ke latihan perang tahunan pada Minggu.

Kantor media pemerintah tidak menanggapi permintaan berkomentar tentang parade itu.

Dengan popularitas yang turun dan jumlah korban jiwa COVID-19 di negara merupakan yang tertinggi kedua di dunia, Bolsonaro bersikeras agar surat suara tercetak digunakan pada pemilu 2022, berdasarkan klaim kecurangan --yang belum terbukti-- dalam sistem penghitungan elektronik.

Baca juga: Takut dicurangi, Bolsonaro minta pemilu 2022 pakai kertas

Dia mengancam untuk tidak menerima hasil pemilihan presiden tahun depan.

Jajak-jajak pendapat menempatkan dirinya di bawah mantan presiden sayap kiri Luiz Inacio Lula da Silva.

Kedua pesaing itu belum mengumumkan pencalonan mereka secara resmi.

Didampingi para komandan angkatan bersenjata, Bolsonaro berdiri di luar istana presiden Planalto ketika parade militer lewat di depannya.

Seorang perwira AL berpakaian tempur menghampiri Bolsonaro untuk menyerahkan undangan.

Penampakan tank-tank di sekitar istana presiden membuat resah masyarakat Brazil, yang pernah hidup di bawah kediktatoran militer pada 1964-1985.

Anggota dewan Arthur Lira, ketua majelis rendah Kongres, menyebut parade militer menjelang pemungutan suara sebagai "kebetulan yang tragis".

Baca juga: Brazil siapkan amandemen konstitusi tangani kewajiban bayar pemerintah

Lira mengaku tidak menerima undangan untuk menghadiri latihan militer tersebut.

Beberapa anggota dewan lain mengatakan kehadiran militer yang tak biasa di depan istana presiden dimaksudkan untuk mengintimidasi mereka.

"Tank-tank di jalan, tepat di hari pemungutan untuk amandemen kertas suara, adalah intimidasi yang nyata, jelas, dan tidak konstitusional," kata Senator Simone Tebet dari partai kubu tengah, Pergerakan Demokratik Brazil.

"Bolsonaro telah mengubah latihan militer menjadi tontonan politik," kata anggota kongres sayap kiri Perpetua Almeida.

Dia menyebut parade itu sebagai unjuk kekuatan untuk menanggapi hasil jajak pendapat yang turun.

"Tembakan ini akan menyerang balik," katanya di Twitter.

  Sumber: Reuters

Baca juga: Komplikasi luka tikaman, Bolsonaro akan dioperasi
​​​​
​​​​​​​

25 orang tewas dalam penggerebekan polisi paling kejam di Brazil

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021