Komponen terbesar pengungkit dalam ekosistem ramah inovasi adalah SDM-nya
Jakarta (ANTARA) - Pelaksana harian Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Agus Haryono mengatakan pihaknya berupaya menciptakan ekosistem yang ramah riset dan inovasi dengan strategi SIAP sehingga menghasilkan produk berdaya saing.

"Dalam pembenahan ekosistem riset dan inovasi, pola transformasi SIAP yang sedang dilaksanakan di LIPI mencakup sumber daya manusia (SDM) unggul, infrastruktur riset maju, anggaran riset efektif, dan peraturan/regulasi ekosistem inovasi," kata Agus dalam Webinar Riset dan Inovasi untuk Merah Putih di Jakarta, Rabu

Lebih lanjut mengatakan kalau transformasi memperbaiki SIAP tersebut berjalan dengan baik niscaya ekosistem riset dan inovasi bisa bergulir berjalan menghasilkan inovasi-inovasi yang bisa dimanfaatkan untuk masyarakat.

Agus menuturkan SDM merupakan komponen paling penting dalam ekosistem ramah riset dan inovasi, dengan proporsi 75 persen. Sementara infrastruktur riset mengambil porsi 15 persen dan anggaran riset sebesar 10 persen.

Oleh karenanya, LIPI berkomitmen untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di lingkungan LIPI dengan program SDM Unggul, Diaspora Indonesia, dan Manajemen Talenta.

"Mengapa SDM paling penting? Karena kita menyakini bahwa komponen terbesar pengungkit di dalam ekosistem ramah inovasi ini adalah SDM-nya," ujar Agus.

Baca juga: Ekosistem pengetahuan dan inovasi perlu diperkuat perangai ilmiah

Baca juga: LIPI: Ekosistem inovasi harus dibangun di industri garmen


Tanpa SDM yang berkualitas dan unggul, maka infrastruktur dan anggaran riset yang ada tidak akan bisa termanfaatkan dengan optimal untuk memberikan lompatan kemajuan pada riset dan inovasi Indonesia.

Selain itu, untuk memperluas akses dan memperbesar peluang kolaborasi penelitian, LIPI melakukan program kolaborasi internasional dan infrastruktur riset terbuka.

LIPI juga melakukan penguatan inovasi teknologi tepat guna serta peluang kerja sama dengan sektor industri.

Di samping itu, Indonesia membutuhkan representatif di tingkat nasional maupun internasional yang menyuarakan perkembangan riset dan inovasi, juga menciptakan kemungkinan berkolaborasi.

Assistant Professor of Chemical and Environmental Engineering di University of Nottingham, Inggris, yang berafiliasi gabungan dengan Virginia Tech, Amerika Serikat, Bagus Muljadi, mengatakan pendidikan luar negeri sangat menghargai peneliti atau ilmuwan yang memiliki pengalaman dan pengetahuan interdisipliner karena biasanya mereka mempunyai pengalaman dalam menghadapi permasalahan.

Baca juga: Lembaga pemikir kebijakan iptek hadapi masalah aktifnya elemen politik

Baca juga: LIPI: Perkuat kebijakan iptek dan inovasi percepat pertumbuhan ekonomi

 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021