Jakarta (ANTARA) - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Bambang Soesatyo di Jakarta, Kamis, meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) fokus menyelesaikan vaksinasi COVID-19 dosis pertama dan kedua sebelum membahas pelaksanaan pemberian dosis ketiga bagi masyarakat umum.

“Kemenkes agar segera merampungkan target pemberian vaksin dosis pertama dan kedua terlebih dulu demi tercipta herd immunity (kekebalan kelompok) sebelum pemberian booster akan dilaksanakan,” kata Bambang Soesatyo sebagaimana dikutip dari keterangan tertulisnya.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI di Jakarta, Rabu (25/8), menyampaikan rencana pemerintah menyediakan vaksinasi dosis ketiga (booster) untuk masyarakat umum secara berbayar pada awal 2022.

Baca juga: 450 ribu tenaga kesehatan sudah dapat vaksinasi COVID-19 dosis ketiga

Terkait itu, Ketua MPR RI meminta Kemenkes membuat kajian yang lengkap termasuk perhitungan yang jelas mengenai rencana vaksin dosis ketiga berbayar itu.

“Pemerintah harus menjelaskan dasar atau alasan dari rencana penerima vaksin dosis ketiga nantinya secara gratis, yaitu hanya penerima bantuan iuran/PBI saja,” kata Bambang Soesatyo atau yang populer dengan nama Bamsoet.

Di samping itu, Bambang Soesatyo meminta pemerintah memberi penjelasan kepada masyarakat mengenai pentingnya vaksin dosis ketiga, terutama untuk mereka yang telah mendapatkan vaksin COVID-19 dosis pertama dan kedua.

“(Dengan begitu masyarakat, Red.) dapat mengetahui secara pasti urgensi dari rencana pemberian booster tersebut,” sebut Ketua MPR RI.

Ia juga menyampaikan Kemenkes perlu membuat perencanaan distribusi vaksin dosis ketiga secara optimal, mulai dari perencanaan, sosialisasi, dan penjelasan kepada masyarakat.

“Jenis vaksin yang akan digunakan, ketersediaan vaksin serta kesiapan vaksinator yang memadai,” tambah Bamsoet.

Baca juga: Kemenkes: Dosis ketiga vaksin untuk nakes, bukan masyarakat umum

Sejauh ini, vaksin dosis ketiga hanya diperuntukkan bagi tenaga kesehatan. Kemenkes menetapkan vaksin buatan Moderna sebagai booster untuk tenaga kesehatan yang sebagian besar telah menerima vaksin dosis pertama dan kedua buatan Sinovac Biotech Ltd.

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan lebih dari 33 juta orang di Indonesia telah menerima vaksin COVID-19 dosis kedua. Jumlah itu baru memenuhi 15,89 persen dari target yang ditetapkan oleh pemerintah.

Sejauh ini, vaksin COVID-19 yang tersedia di Indonesia diproduksi oleh Sinovac Biotech Ltd, AstraZeneca dan Oxford University, Sinopharm, Moderna, dan Pfizer dan BioNTech.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin saat jumpa pers virtual di Jakarta minggu ini mengatakan pihaknya berencana menargetkan vaksinasi sampai 50 juta dosis per bulan mulai September 2021 sehingga target vaksinasi pada Januari 2022 dapat terpenuhi.

"Kita memang merencanakan selesai vaksinasi satu tahun. Presiden minta kalau bisa tadinya kita lakukannya dalam waktu 15 bulan, diminta selesai dalam 12 bulan," kata Budi Gunadi Sadikin saat jumpa pers.

Sejak vaksinasi COVID-19 bergulir pada 13 Januari 2021, kata Budi, pemerintah menetapkan penyuntikan sebanyak 426 juta dosis yang ditargetkan rampung pada Januari 2022.

Baca juga: 4.822 tenaga kesehatan di Jaksel telah divaksin dosis ketiga

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021