Tokyo (ANTARA) - Saham-saham Jepang melonjak pada Rabu, dengan Indeks Nikkei menyentuh level tertinggi dalam 1,5 bulan, ketika pelaku pasar memprediksi manuver Perdana Menteri Yoshihide Suga mampu mengurangi potensi kekhawatiran atas stabilitas politik Negara Sakura.

Nikkei naik 0,89 persen menjadi 28.337,71 pada pembukaan sesi pagi, melampaui rata-rata pencapaian selama 200 hari di 28.281, sekaligus menyentuh level tertinggi sejak medio Juli lalu.

Indeks yang lebih luas Topix naik 0,81 persen menjadi 1.976,58, mencapai level tertinggi sejak pertengahan Juni.

PM Suga telah menyatakan keinginannya untuk membubarkan parlemen pada pertengahan September ini setelah adanya perombakan pimpinan partai penguasa dan kabinetnya pekan mendatang, tulis koran Mainichi seperti dikutip Reuters.

Prospek pembubaran parlemen dilihat positif oleh pasar, di mana secara historis pasar selalu merespons positif manakala parlemen dibubarkan.

Berbagai jajak pendapat menunjukkan Suga tetap kurang populer, namun itu tidak cukup bagi partai oposisi untuk mengalahkan koalisi yang berkuasa saat ini.

"Sementara semuanya terlihat sangat cair, sejumlah pihak menilai ketidakpastian politik akan berkurang di mana Suga diprediksi akan memenangkan persaingan dalam pemilihan pemimpin partai penguasa dalam waktu dekat ini," kata Naoya Oshikubo, Pakar Strategi Senior Sumitomo Mitsui Trust Asset Management.

"Selain itu, kasus Virus Corona di Jepang telah jauh berkurang yang pada akhirnya akan mencabut status kedaruratan negara," tambahnya.

Para investor saham, yang sebelumnya melakukan aksi penjualan karena kekhawatiran terhadap politik dan virus corona, kini berupaya untuk memperbaiki portofolionya kembali.

Saham Komatsu menguat 4,4 persen. Sementara saham Toyota Motor naik 0,4 persen, pulih ke posisi sebelum pengumuman mengagetkan dari produsen mobil tersebut pada 19 Agustus lalu, yang akan memangkas produksinya 40 persen di bulan September.

Baca juga: Saham Tokyo dibuka lebih rendah ikuti Wall Street semalam

Baca juga: Nikkei Jepang dibuka sedikit melemah setelah Wall Street beragam

Penerjemah: Faisal Yunianto
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021