Jakarta (ANTARA) - Ketua Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) Sunarso mengatakan perbankan perlu memperkuat cadangan melalui peningkatan persentase non-performing loan (NPL) coverage dan loan at risk (LaR) coverage.

Di tengah COVID-19 yang masih menyebar, menurutnya tak masalah jika perbankan memperkuat cadangan dengan menggunakan keuntungan atau laba.

“Maka harus berhati-hati membukukan laba kalau harus mengorbankan pencadangan karena ini bumper kalau terjadi masalah di kemudian hari,” kata Sunarso dalam webinar “Tantangan Setelah Relaksasi Restrukturisasi Kredit Berakhir” yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Rasio NPL Himbara sendiri masih berkisar di angka 3 sampai 4 persen, tetapi menurut Sunarso nilai ini sudah merupakan tanda untuk melakukan pencadangan melalui NPL coverage.

Baca juga: BI: Cadangan devisa RI naik jadi 144,8 miliar dolar AS pada Agustus

Ia merinci rasio NPL Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada Juni 2021 sebesar 3,27 persen, Bank Mandiri sebesar 3,19 persen, Bank Negara Indonesia (BNI) 3,91 persen, dan rasio NPL Bank Tabungan Negara (BTN) sebesar 4,10 persen.

Sementara itu, NPL coverage BRI telah mencapai 258,41 persen, Bank Mandiri 237,30 persen, BNI 215,30 persen, dan BTN 120,72 persen.

Selain NPL coverage, perbankan juga perlu memperhatikan LaR dan menyediakan cadangan dalam bentuk LaR coverage untuk mengantisipasi potensi gagal bayar. Himbara sendiri ditarget untuk memiliki LaR coverage minimal 30 persen dari total LaR.

Baca juga: BI: cadangan devisa akhir Juli tercatat 137,3 miliar dolar AS

Sampai Juni 2021, rasio LaR BRI tercatat sebesar 27,29 persen, Bank Mandiri 21,29 persen, BNI 25,80 persen, dan rasio LaR BTN sebesar 14,65 persen. Sementara itu, BRI telah menyediakan LaR Coverage sampai 30,96 persen, Bank Mandiri 35,31 persen, BNI 32,90 persen, dan LaR coverage BTN mencapai 14,81 persen.

Menurutnya, sebaiknya LaR coverage lebih besar daripada rasio LaR agar jika LaR menjadi NPL atau terjadi gagal bayar, masih terdapat cadangan yang tersisa.

“Kalau LaR coverage sekitar 18 persen, maka perlu dijaga LaR jangan sampai menjadi NPL sebesar 18 persen. Jadi kalau LaR masih 5 sampai 10 persen masih aman dengan cadangan kita, tapi kalau sampai 18 persen, habis cadangan kita,” terangnya.

Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021