Pasar sedang ... mempertimbangkan dampak penundaan yang sedang berlangsung terhadap dimulainya kembali operasi di Teluk Meksiko
Sydney (ANTARA) - Harga minyak naik di perdagangan Asia pada Rabu, memangkas kerugian semalam, dengan produsen-produsen di Teluk Meksiko AS berjuang untuk memulai kembali operasi sembilan hari setelah dilanda Badai Ida.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 27 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 68,62 dolar per barel pada pukul 02.04 GMT, setelah meluncur 1,4 persen pada Selasa (7/9/2021) setelah liburan Hari Buruh AS.

Minyak mentah berjangka Brent menguat 14 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan pada 71,83 dolar AS per barel, setelah jatuh 0,7 persen di sesi sebelumnya.

"Pasar sedang ... mempertimbangkan dampak penundaan yang sedang berlangsung terhadap dimulainya kembali operasi di Teluk Meksiko," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan, dikutip dari Reuters.

Baca juga: Minyak tergelincir dipicu kekhawatiran permintaan dan penguatan dolar

Sekitar 79 persen dari produksi Teluk AS masih offline pada Selasa (7/9/2021), dengan 79 platform produksi masih kosong lebih dari seminggu setelah Badai Ida mendarat. Sekitar 17,5 juta barel minyak telah hilang ke pasar sejauh ini.

Sumur-sumur lepas pantai Teluk menghasilkan sekitar 17 persen dari produksi minyak AS.

Pedagang akan mengamati dengan cermat data persediaan dari kelompok industri American Petroleum Institute (API) yang akan dirilis pada Rabu waktu setempat dan Badan Informasi Energi AS pada Kamis (9/9/2021) untuk gambaran yang lebih jelas tentang dampak badai pada produksi minyak mentah dan produksi kilang.

Para analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan rata-rata stok minyak mentah turun 3,8 juta barel dalam seminggu yang berakhir 3 September dan memperkirakan stok bensin turun 3,6 juta barel serta sulingan turun 3 juta barel.

Harga minyak turun pada Selasa (7/9/2021) di tengah aksi jual komoditas yang meluas karena dolar AS melonjak di tengah kekhawatiran tentang meningkatnya kasus COVID-19 di Amerika Serikat dan Asia yang berpotensi memperlambat pertumbuhan.

Baca juga: OPEC+ ingin pertahankan harga minyak pada 65-75 dolar AS per barel
Baca juga: Minyak jatuh lagi setelah Saudi pangkas harga penjualannya ke Asia

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021