Harus didesain dengan baik transportasi massal
Jakarta (ANTARA) - Pakar lingkungan dari Universitas Indonesia (UI) Mahawan Karuniasa mengatakan usaha pengurangan polusi bisa dilakukan kota-kota yang tengah berkembang untuk mendesain sejak sekarang sistem transportasi massal yang meminimalkan produksi emisi karbon.

"Kota-kota yang masih berkembang itu mulailah didesain dari awal jangan sampai menunggu macet," kata Mahawan ketika dihubungi ANTARA dari Jakarta pada Rabu.

Menurut akademisi di Program Studi Ilmu Lingkungan UI itu terdapat pemikiran keliru bagaimana kemacetan adalah indikator kemajuan sebuah kota.

Paradigma tersebut harus diubah dengan mendesain transportasi massal dapat berkontribusi dalam upaya pengurangan polusi udara dan emisi karbon, faktor yang mempengaruhi krisis iklim yang dihadapi dunia saat ini.

"Tidak harus menunggu macet, harus didesain dengan baik transportasi massal yang meminimalkan jumlah emisi bahkan energi yang digunakan. Harus dirancang awal tanpa harus menunggu keterlanjuran," jelasnya.

Baca juga: Hari Bebas Kendaraan momentum bangun kesadaran kurangi emisi

Baca juga: Jabar-University of Nottingham kerja sama penurunan emisi transportasi


Dia menyebutkan bahwa Hari Bebas Kendaraan Bermotor Sedunia, yang diperingati setiap 22 September, dapat menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran pentingnya mengurangi polusi dan emisi karbon.

Kesadaran semua pihak itu penting mengingat dalam dekade ini sumber emisi Indonesia diperkirakan akan didominasi salah satunya dari sektor energi di mana transportasi berbahan bakar fosil berada di dalamnya.

Sektor energi bersama sektor lainnya seperti kehutanan dan penggunaan lahan, masuk dalam bidang yang menjadi fokus untuk mencapai target penurunan emisi seperti yang tertuang di Nationally Determined Contribution (NDC) yaitu 29 persen dengan usaha sendiri dan 41 persen dengan dukungan internasional.

Baca juga: Begini strategi PLN menekan emisi karbon di Indonesia

Baca juga: Tekan emisi, pemerintah perbanyak tempat isi daya kendaraan listrik

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021