membuat kurikulum musik untuk melakukan berbagai aktivitas anak
Jakarta (ANTARA) - Yayasan Sejiwa telah meresmikan kampanye dan program Jauhkan Adiksi Gawai, Optimalkan Potensi Anak (Jagoan) di Kota Ambon, Maluku sebagai salah satu bentuk upaya guna mengatasi permasalahan adiksi gawai pada anak.

“Ada sesuatu yang harus kita atasi terkait gawai. Bahwa gawai sudah tidak bisa secara bebas merdeka ana-anak gunakan tanpa ada pengendalian,” kata Pendiri Sejiwa Diena Haryana dalam konferensi pers Peluncuran Program JAGOAN yang diikuti secara daring di Jakarta, Sabtu.

Diena menyebutkan, satu dari tujuh orang dewasa telah mengalami adiksi pada gawai, sementara satu dari lima remaja telah mengalami hal yang serupa. Hal tersebut dapat merugikan potensi generasi bangsa Indonesia di masa depan dalam mengatasi masalah kehidupan yang membutuhkan ketangguhan, keunggulan dan kreativitas.

Ia mengatakan anak membutuhkan arahan dan pendampingan dari orang tua serta guru untuk memahami tantangan yang akan dimunculkan apabila anak lepas kendali dalam bermain gawai.

Menurut dia, anak perlu mengingat kembali sifat dasar mereka yang senang bermain dan mengeksplor alam dibandingkan hanya terpaku pada permainan dalam satu gawai saja.

Untuk dapat melakukan hal tersebut, dia mengatakan daerah-daerah lain dapat mencontoh Kota Ambon yang telah melakukan beragam upaya untuk mengatasi masalah tersebut serta dalam pelaksanaannya, dibutuhkan bantuan dari banyak pihak untuk dapat mencegah potensi anak terpapar adiksi gawai.

Baca juga: Sosialisasi permainan tradisional upaya alihkan ketergantungan gawai
Baca juga: Permainan tradisional cegah ketergantungan gawai pada anak


Pelaksana Tugas Ketua Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Ambon John Sanders mengatakan bahwa Kota Ambon telah melakukan sejumlah upaya untuk mengurangi minat anak pada gawai seperti membuat kurikulum musik.

“Kebijakan kita adalah kita membuat kurikulum musik untuk melakukan berbagai aktivitas anak, menumbuhkan kreativitas. Kita sebagai orang Ambon agar supaya mereka bisa terhindar dari adiksi gawai,” kata John.

Kurikulum musik itu, kata dia, diperkenalkan pada anak sedini mungkin dan sudah masuk pada tingkatan anak usia sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). Dalam kurikulum itu anak diajarkan untuk bermain alat- alat musik tradisional Maluku seperti ukulele, tifa, seruling bambu dan rebana.

Sedangkan pada jenjang TK dan PAUD, dia menjelaskan sedang dikembangkan kurikulum musik, karena pihaknya merasa dapat membangun karakter unggul anak-anak bangsa melalui musik dan keterampilan hidup setiap anak.

Melalui pengenalan sedini mungkin, anak-anak diharapkan terpacu untuk ceria, kreatif, bahagia, bertanggung jawab, senang berkolaborasi dengan orang lain dan bersemangat.

Baca juga: Maarif Institute ingatkan bahaya gawai gerus sikap gotong royong
Baca juga: Gawai sebabkan anak hiperaktif dan mudah amuk


Lebih lanjut John menuturkan, komunitas-komunitas yang ada di daerahnya ikut menggalakkan berbagai informasi positif terkait dengan bagaimana cara yang dapat dilakukan agar anak dapat terhindar dari adiksi gawai.

Selain melalui komunitas-komunitas, pihaknya turut memasukkan edukasi mengenai bahaya penggunaan gawai yang berlebihan melalui materi pembelajaran dan sosialisasi yang dilakukan di sekolah.

“Itu telah kami mulai agar semua anak-anak kita di Kota Ambon itu betul-betul bisa memanfaatkan gawai itu secara baik, sehingga manfaatnya baik bagi kesehatan fisik juga jiwa,” tegas John.

Pakar Pendidikan Karakter Doni Koesoema mengatakan musik dapat menghaluskan rasa dan menajamkan budi anak sehingga ia bertumbuh menjadi anak- anak yang baik.

Doni mengatakan anak-anak bangsa harus dapat menjadi generasi yang cerdas, berbudi luhur dan sehat sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara.

Menurut dia, musik merupakan sarana paling optimal untuk dapat menciptakan generasi bangsa sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara.

“Cinta pada musik disertai kepedulian pada alam akan membentuk jiwa kepemimpinan anak-anak Maluku,” ujar Doni.

Baca juga: Paparan gawai sebabkan stimulasi pertumbuhan anak tidak optimal
Baca juga: Kemendikbud: Orang tua perlu jadi role model anak dalam mainkan gawai
Baca juga: Psikolog: Batasi penggunaan gawai anak dengan beraktivitas bersama


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021