Dari hasil pengumpulan data diketahui paus tersebut berjenis kelamin jantan dengan panjang total 5,8 meter
Kupang (ANTARA) - Balai Konservasi Kawasan Perairan Nasional (BKKPN) Kupang melaporkan seekor paus jenis paus sperma (Physeter macrocephalus) ditemukan mati terdampar oleh nelayan di pantai sekitar Pelabuhan Waikelo, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur.

Kepala BKKPN Kupang Imam Fauzi di Kupang, Senin, mengatakan bahwa lokasi terdamparnya paus pperma itu masuk dalam kawasan Taman Nasional Perairan Laut Sawu.

"Dari hasil pengumpulan data diketahui paus tersebut berjenis kelamin jantan dengan panjang total 5,8 meter dengan lingkar badan terbesar 2,98 meter serta lebar ekor 1,8 meter," kata Imam.

Baca juga: Nelayan temukan mamalia diduga paus sperma mati di pantai Sumba Tengah

Kemudian dari hasil pemeriksaan fisik terhadap paus yang ditemukan terdampar pada Minggu (10/10) yang dilakukan oleh tim respons cepat BKKPN Kupang mamalia laut tersebut ditemukan dalam kondisi utuh atau lengkap.

Tetapi juga ditemukan beberapa luka seperti luka tusuk sebanyak 22 luka di seluruh tubuhnya dua di antaranya berada di sekitar lubang nafas dengan luka cukup dalam.

Baca juga: Seekor dugong terdampar di Sabu Raijua

"Terdapat memar/abses di rahang belakang, di kedua matanya luka dan mengeluarkan darah, sirip pektoral sebelah kanan diketahui dalam kondisi patah," ujar dia.

Proses pemeriksaan mamalia itu dibantu oleh dokter hewan yang juga merupakan kadis peternakan di Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD).

Baca juga: Seekor paus sperma mati terdampar di Timor Tengah Utara

Baca juga: Warga Cianjur temukan bangkai hiu paus tutul terdampar di pantai


Mamalia yang diketahui sudah mulai membusuk itu, ujar Imam, diduga sudah mati sejak dua atau tiga hari lalu, kemudian terbawa arus ke pesisir pantai Waikelo.

Terkait luka-luka tusuk di tubuh paus sperma itu, ujar Imam, itu adalah hasil identifikasi dari dokter, sehingga pihaknya sudah tidak mengetahui penyebabnya apa.

Sementara untuk proses penguburan, ujar Imam, dilakukan dengan menggunakan alat berat. Proses penguburan sendiri dilakukan di atas lahan miliki seorang warga di daerah itu dengan alasan karena jauh dari pemukiman warga dan struktur tanah yang cocok untuk melakukan penguburan.

Baca juga: BPSPL Denpasar telusuri video warga Bima boncengkan paus kepala melon

Baca juga: Bali, NTT, dan NTB berisiko tinggi mengalami kekeringan

Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021