Sawit harus punya program yang setara dengan EBT lainnya, seperti angin, tenaga surya, dan air
Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi) Harry Hanawi mengharapkan sawit dapat diperlakukan sebagaimana Energi Baru Terbarukan (EBT) lainnya untuk menjadi salah satu sumber pembangkit listrik.

“Sawit harus punya program yang dapat dijadikan setara dengan EBT lainnya, seperti energi angin, tenaga surya, dan air,” ujarnya dalam sebuah webinar, Jakarta, Kamis.

Pada tahun 2050, dikatakan penjualan mobil konvensional (bensin dan diesel) akan disetop sebagaimana target dalam peta jalan yang dirancang pemerintah.

Karena itu, ia menilai Perusahaan Listrik Negara (PLN) tak perlu lagi menggunakan diesel, solar, atau batu bara sebagai pembangkit listrik.

Harry menganggap PLN harus mulai menggunakan bahan baku Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit sebagai alternatif sumber pembangkit listrik.

“Semua produk sawit (seperti) biomassa, cangkang, methan, akan menjadi power plant tenaga listrik,” utaranya.
Baca juga: Aprobi komitmen implentasikan program mandatori B30
Baca juga: Menko Airlangga dorong pengembangan kemitraan inkubasi bisnis sawit

 

Sebagai referensi, lanjut Harry, pembangkit listrik yang menggunakan sawit dapat mengurangi karbon sebesar 75 persen dibandingkan dengan batu bara.

Selaku Direktur PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMART), dia juga mencontohkan bahwa perusahaannya memiliki pembangkit listrik di luar negeri untuk menjual listrik kepada first consumer dengan harga khusus.

Di negara tersebut, perusahaannya disebut telah mendapatkan tempat yang layak dan mendapat insentif pajak maupun insentif Clean Development Mechanism (salah satu mekanisme perdagangan karbon).

Ke depan, dia mengharapkan pemerintah mempunyai peran strategis dengan membawa industri sawit memiliki nilai tambah yang tinggi.

Pihaknya memprediksi, pada tahun 2045 bisnis sawit akan mencapai 100 juta ton dengan asumsi 16 juta hektar lahan yang tak bertambah.

Dengan adanya program replanting (salah satu upaya mempertahankan produksi kelapa sawit), 16 juta hektar lahan yang ada sekarang diasumsikan akan menghasilkan 6-7 ton CPO per hektar pada tahun 2045 mendatang.

“Anak-anak muda sekarang yang melanjutkan, seharusnya lima tahun ke depan sawit dapat digunakan untuk pembangkit listrik. Jadi kalau saya bilang regenerasi penting sekali,” terangnya.
Baca juga: Menko Airlangga dorong pengembangan kemitraan inkubasi bisnis sawit
Baca juga: LSM : Perlu peningkatan sinergi untuk evaluasi izin moratorium sawit

 

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021