Kami meminta semua teman-teman aktivis dan alumni UGM era reformasi untuk membuat puisi.
Jakarta (ANTARA) -
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar turut menyumbangkan karya puisinya dalam sebuah buku berjudul Darah Juang Antologi Puisi.
 
Koordinator aksi puisi FX Rudy Gunawan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, menjelaskan bahwa antologi puisi itu merupakan karya mantan aktivis yang tergabung dalam Paguyuban Darah Juang (PDJ). PDJ lahir pada 2016 Sukma di Kampus Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM).
 
Buku itu berisi ratusan puisi mantan aktivis itu yang baru diluncurkan pada Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2021 lalu di Yogyakarta.
 
Menurut Rudy, selain Muhaimin Iskandar yang ikut membuat puisi di buku itu, ada juga Mensesneg Pratikno, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ketua Komisi VI DPR RI Faisol Riza serta alumni UGM lainnya.
 
"Jadi kami meminta semua teman-teman aktivis dan alumni UGM era reformasi untuk membuat puisi. Ternyata respons teman-teman baik. Sehingga kami buat bukunya," kata Rudy.
 
Menurut Rudy, penerbitan buku oleh PDJ sendiri sebagai wadah menyampaikan aspirasi mantan aktivis melalui tulisan.
 
"Jadi ini aksi konkret kami untuk menyampaikan segala uneg-uneg kami. Apalagi kondisi COVID-19 saat ini, banyak yang perlu disampaikan," ujar Rudy.
Baca juga: Muhaimin dukung presiden Jokowi jadi pahlawan dunia
 
 
Di samping itu, ujar dia pula, terbitnya buku Darah Juang Antologi Puisi ini bertujuan mengingatkan masyarakat untuk saling peduli. Warga diajak untuk berkontribusi dengan cara yang mereka kuasai untuk kepentingan bangsa.
 
"Ini sebagai pengingat, agar kita jangan pernah berhenti peduli dengan bangsa. Ikut berkontribusi dengan skala masing-masing, itu yang perlu di-highlight," katanya.
 
Rudy tak menampik bahwa banyak hal, khususnya di pemerintahan telah berubah saat ini. Adanya sekat-sekat di pemerintah, perpecahan, dan friksi yang ada di masyarakat harus diakhiri.
 
"Kebersamaan ini yang penting, mari kembalikan lagi persatuan kita," ujar aktivis 1980 itu pula.
 
Rudy membandingkan saat era reformasi, aktivis saat ini lebih mudah berpendapat. Saat ini ruang berpendapat lebih terbuka dan bisa melalui platform digital.
 
Pihaknya berharap pada generasi muda untuk lebih produktif dan cerdas dalam memenuhi ruang berpendapat tersebut.
Baca juga: Wakil Ketua DPR sebut perubahan iklim merupakan ancaman global

Pewarta: Fauzi
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021