Jakarta (ANTARA News) - Wakil Direktur Utama (Wadirut) PT Merpati Nusantara Airlines (Merpati) Adhy Gunawan mengajukan pengunduran diri kepada pemegang saham BUMN Penerbangan itu sejak pekan lalu.

"Sudah diajukan pekan lalu, tetapi belum disetujui pemegang saham," kata Wakil Dirut Merpati Adhy Gunawan saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.

Ketika ditanya alasan pengunduran dirinya, Adhy enggan berkomentar. "Capeklah, tidak ada komentar dulu," katanya.

Adhy juga mendengar adanya pemecatan sepihak oleh Manajemen PT Merpati Nusantara Airlines kepada dua aktivis Serikat Pekerja Merpati (Sekar Merpati) yakni Ketua Umum Sekar Purwanto dan Ketua I Sekar Merpati, Indra Topan.

"Saya juga dengar itu," katanya.

Sekretaris Perusahaan Merpati, Imam Turidi saat dikonfirmasi terpisah juga membenarkan bahwa surat pengunduran diri Wadirut Merpati sudah disampaikan ke pemegang saham.

Adhy Gunawan dilantik sebagai Wadirut bersama Dirut Merpati Sardjono Jhony Tjitrokusumo menggantikan Dirut lama Bambang Bhakti yang diangkat menjadi Direktur Utama ASDP oleh Menteri BUMN Mustafa Abubakar pada 27 Mei 2010.

Ketika itu, Dirut Merpati Jhony sudah merasa terbebani dengan kondisi Merpati saat itu.

Menurut dia, memang tidak akan mudah untuk membenahi masalah Merpati saat ini. Tapi dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh Direksi Merpati sebelumnya, dia yakin pihaknya bisa mengatasi masalah tersebut.

"Ini pekerjaan berat. Tidak mudah untuk merecover ini. Tapi bridging atau pun transfer sudah dilakukan oleh direksi yang sekarang dengan cara yang mulus. Jadi, Insya Allah mudah-mudahan kami bisa," imbuhnya.

Sebagai langkah pertama untuk penyehatan MNA, dia mengatakan, akan segera membesarkan volume bisnis MNA melalui didatangkannya pesawat MA-60, Jet, dan lain-lain.

"Nanti kami akan mencari bentuk kerja sama yang menguntungkan kedua belah pihak (baik vendor maupun pemerintah daerah). Sekarang kan lebih banyak yang berat untuk Merpati-nya dari sisi cost (pembiayaan)," kata Jhony ketika dilantik menjadi Dirut pada Mei 2010.

Sementara untuk pinjaman tahap kedua Merpati dari Perusahaan Pengelola Aset (PPA) sebesar Rp310 miliar, menurut dia jumlah tersebut bukanlah jumlah yang besar untuk perusahaan penerbangan. Apalagi, lanjutnya, dengan kondisi MNA yang saat ini sedang terpuruk.

"Rp310 miliar tidak besar. Rp310 miliar untuk perusahaan penerbangan itu kecil. Apalagi Merpati ini kan dalam posisi menukik tajam ke bawah. Tentunya kerja keras sekali. Ini tidak main-main. Betul-betul tidak main-main," tegasnya

Kinerja BUMN Penerbangan itu, berbeda dengan PT Garuda Indonesia. Merpati terkesan selalu merugi dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, dari 2005 hingga 2010, keuntungan hanya didapatkan pada tahun 2009 saja, yaitu sekitar Rp16,617 miliar.

Tahun 2005 Merpati merugi Rp349,607 miliar, 2006 merugi Rp283,432 miliar, 2007 merugi Rp158,770 miliar, 2008 merugi Rp641,065 miliar dan terakhir pada 2010 Merpati juga merugi sebesar Rp24 miliar.
(E008)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011