London (ANTARA) - Saham-saham global berjatuhan pada perdagangan Jumat, dan minyak turun di bawah 80 dolar AS per barel setelah berita tentang kemungkinan varian baru virus corona yang resisten terhadap vaksin membuat investor bergegas ke aset-aset aman seperti obligasi, yen, dan franc Swiss.

Sedikit yang diketahui tentang varian tersebut, yang terdeteksi di Afrika Selatan, Botswana, dan Hong Kong, tetapi para ilmuwan mengatakan bahwa varian tersebut memiliki kombinasi mutasi yang tidak biasa, mungkin dapat menghindari respons imun dan dapat lebih menular.

Pihak berwenang Inggris menganggap itu adalah varian paling signifikan hingga saat ini dan telah bergegas memberlakukan pembatasan perjalanan pada Afrika selatan, seperti yang dilakukan Jepang, Republik Ceko, dan Italia pada Jumat.

Baca juga: Inggris: Varian baru COVID di Afsel temuan paling signifikan

Uni Eropa juga mengatakan pihaknya bertujuan untuk menghentikan perjalanan udara dari wilayah tersebut.

"Pasar cukup puas dengan pandemi untuk sementara waktu, sebagian karena ekonomi mampu menahan dampak dari tindakan penguncian selektif. Tetapi kita dapat melihat dari rem darurat baru pada perjalanan udara bahwa akan ada konsekuensi untuk harga minyak," kata Chris Scicluna, kepala penelitian ekonomi di Daiwa.

Organisasi Kesehatan Dunia mengadakan pertemuan para ahli pada Jumat untuk mengevaluasi apakah varian baru adalah "varian yang menjadi perhatian."

Saham global turun 0,8 persen dan berada di jalur untuk minggu terburuk sejak awal Oktober.

Saham-saham Eropa anjlok 2,7 persen, di jalur untuk hari terburuk sejak September 2020, dengan saham perjalanan dan liburan sangat terpukul.

Indeks DAX Jerman merosot 3,0 persen dan FTSE 100 Inggris turun 2,7 persen ke level terendah dalam lebih dari sebulan.

Baca juga: Saham Australia ditutup anjlok, varian baru membuat investor bingung

Indeks MSCI dari saham Asia di luar Jepang tergelincir 2,2 persen, penurunan paling tajam sejak Agustus. Saham kasino dan minuman terpukul di Hong Kong, sementara saham perjalanan turun di Sydney dan Tokyo.

Nikkei Jepang tergelincir 2,5 persen dan indeks berjangka S&P 500 terakhir merosot 1,8 persen.

Giles Coghlan, kepala analis mata uang di HYCM, sebuah broker, mengatakan penutupan pasar AS untuk liburan Thanksgiving pada Kamis (25/11/2021) telah memperburuk pergerakan.

"Kita perlu melihat seberapa menular varian ini, apakah bisa menghindari vaksin - ini sangat penting," kata Coghlan.

"Saya berharap cerita ini berlarut-larut selama beberapa hari sampai para ilmuwan memiliki pemahaman yang lebih baik tentangnya."

Harga minyak turun, dengan minyak mentah berjangka AS terperosok 5,7 persen menjadi 73,96 dolar AS per barel dan minyak mentah Brent jatuh 4,66 persen menjadi 78,38 dolar AS per barel di tengah kekhawatiran permintaan baru.

Karena investor berlari ke aset-aset safe-haven, yen melonjak lebih dari 1,0 persen menjadi sekitar 113 per dolar, setelah merana awal pekan ini di posisi terendah lima tahun.

Euro menguat 0,4 persen menjadi 1,1251 dolar AS, karena keamanan daripada perbedaan kebijakan mendorong perdagangan.

Namun, mata uang tunggal jatuh ke dekat posisi terendah 6,5 tahun terhadap franc Swiss di 1,044 franc per euro.

"Anda menembak terlebih dahulu dan mengajukan pertanyaan kemudian ketika berita semacam ini meletus," kata Ray Attrill, kepala strategi valas di National Australia Bank di Sydney,.

Rand Afrika Selatan jatuh 2,0 persen ke level terendah satu tahun dan imbal hasil obligasi 2030 melonjak 25,5 basis poin (bps). Imbal hasil obligasi bergerak berbanding terbalik dengan harga obligasi.

Pasar obligasi lainnya menguat, diuntungkan dari status safe haven mereka. Imbal hasil obligasi pemerintah AS sepuluh tahun turun 11 basis poin menjadi 1,5277 persen dan imbal hasil obligasi AS 30-tahun turun 9 basis poin menjadi 1,8777 persen.

Imbal hasil obligasi 10-tahun Jerman turun 6,2 basis poin menjadi minus 0,31 persen.

Emas naik 0,7 persen menjadi 1.800 dolar AS per ounce.

Pergerakan pasar datang dengan latar belakang kekhawatiran yang sudah berkembang tentang wabah COVID-19 yang mendorong pembatasan pergerakan dan aktivitas di Eropa dan sekitarnya.

Negara-negara Eropa telah memperluas vaksinasi "booster" COVID-19 dan memperketat pembatasan. Slovakia mengumumkan penguncian dua minggu, pemerintah Ceko akan menutup bar lebih awal dan Jerman melewati ambang 100.000 kematian terkait COVID-19.

"Saya tidak berpikir ada jalan kembali ke dunia sebelum COVID-19," kata Mark Arnold, kepala investasi di Hyperion Asset Management di Brisbane.

"Kami hanya akan mengalami mutasi dari waktu ke waktu dan itu akan mengubah cara orang beroperasi dalam perekonomian. Itu kenyataan."

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021