selain mengawasi dan mengatur keuangan, kami juga memiliki tugas untuk melindungi para konsumen jasa keuangan dan masyarakat Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai edukasi dan literasi adalah kunci untuk masyarakat Indonesia mencapai kesejahteraan keuangan yang berkelanjutan dan terhindar dari risiko kerugian finansial.

Deputi Direktur Literasi dan Informasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Yulianta mengatakan upaya edukasi penting untuk terus digiatkan oleh berbagai pemangku jasa dan lembaga keuangan, terutama kepada masyarakat dengan angka literasi dan inklusi yang rendah.

"OJK turut membangun dan meningkatkan aliansi strategis dalam pelaksanaan program literasi dan edukasi keuangan, karena selain mengawasi dan mengatur keuangan, kami juga memiliki tugas untuk melindungi para konsumen jasa keuangan dan masyarakat Indonesia," ujar Yulianta dalam webinar edukasi bertajuk “Investasi di Tahun 2022: Edukasi dan Literasi adalah Kunci” yang digelar Bibit.id di Jakarta, Selasa.

Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) 2021-2025 menyebutkan jika salah satu visinya adalah untuk meningkatkan literasi masyarakat Indonesia, dengan memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan yang tepat.

Hasil survei OJK pada 2019 mengungkapkan bahwa tingkat literasi masyarakat masih berada di 38 persen, yang mana berbanding terbalik dengan inklusi keuangan masyarakat yang telah mencapai 78 persen.

Dalam pelaksanaan program peningkatan literasi keuangan, OJK menggunakan pendekatan sasaran. Kelompok-kelompok yang disasar sangat beragam, termasuk UMKM, pelajar, mahasiswa, pemuda, perempuan dan juga para difabel.

"Ini dimaksudkan agar akses dan literasi keuangan menjadi sesuatu yang inklusif. Selain itu, OJK juga menggunakan pendekatan metode pelaksanaan secara online dan offline agar jangkauannya semakin luas," kata Yulianta.

Saat ini, OJK juga telah memiliki strategi digitalisasi edukasi keuangan dan strategi penguatan kebijakan edukasi keuangan. Telah bekerjasama dengan 43 stasiun radio di 35 kota, dan menggunakan influencer atau public figure untuk menjangkau lebih banyak masyarakat.

Selain itu, OJK turut membuat beberapa materi atau buku panduan literasi keuangan formal dan nonformal yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat berdasarkan kebutuhan.

Sejalan dengan upaya literasi yang dilakukan OJK, selama tahun 2021 Bibit yang merupakan platform investasi reksa dana telah melaksanakan lebih dari 80 sesi edukasi publik dengan menyasar berbagai kelompok masyarakat.

Hal itu dilakukan untuk terus mengingatkan pengguna dan masyarakat akan pentingnya berinvestasi di platform atau produk yang telah mendapatkan lisensi dari OJK, sehingga semua orang berkesempatan untuk berinvestasi dengan cara-cara yang benar dan membangun masa depan keuangan yang lebih baik.

"Kami sangat berterima kasih kepada OJK, teman-teman akademisi dan para praktisi yang selalu berjalan bersama kami dalam mengedukasi masyarakat Indonesia agar bisa berinvestasi dengan benar. Jerat dan godaan investasi bodong yang selalu mengiming-imingi masyarakat serta memberikan jalan pintas menuju kekayaan adalah sesuatu yang perlu kita lawan bersama. Jangan sampai lebih banyak lagi masyarakat yang menjadi korban," kata William selaku Lead PR & Communication Bibit.id.

Selain itu, masyarakat juga perlu diingatkan untuk konsisten dalam berinvestasi. Di Bibit, lanjut William, pihaknya juga menyediakan fitur Nabung Rutin agar para pengguna tidak lupa berinvestasi secara konsisten pada tanggal-tanggal yang telah mereka tentukan.

Investasi saat ini telah bertumbuh seiring dengan perkembangan teknologi yang ada. Dengan modal yang kecil dan teknologi yang mumpuni, sekarang semua orang dapat berinvestasi dengan cara yang mudah dan aman.

Dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung Oktofa Yudha Sudrajad mengatakan investasi dianggap penting untuk dilakukan guna melawan inflasi yang tidak dapat dihindari. Dengan melakukan investasi sedini mungkin, kemungkinan untuk mencapai sasaran hidup juga dapat terealisasi lebih cepat.

"Sehingga, memberikan pemahaman secara komprehensif di berbagai kelas aset investasi dan risikonya wajib dilakukan oleh universitas, dalam rangka meningkatkan literasi keuangan mahasiswanya," ujar Oktofa.

Di universitas, juga sudah terdapat program studi keuangan dengan berbagai mata kuliah yang relevan dengan pasar modal dan wealth management. Selain itu, kampus juga melakukan kerjasama institusi, misalnya dengan Bank Indonesia, OJK dan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah.

"Kerjasama ini diperlukan karena meningkatkan literasi keuangan merupakan pekerjaan rumah kita bersama, baik itu regulator, akademisi maupun pelaku industri," kata Oktofa.

Baca juga: OJK: Inovasi produk digital tumbuh lebih cepat dari literasi konsumen
Baca juga: Presiden Jokowi minta penyedia layanan lakukan literasi keuangan
Baca juga: OJK akan bentuk Satgas Keamanan Siber Industri Jasa Keuangan

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021