Jakarta (ANTARA) - Orang yang dinyatakan bersalah melakukan pelecehan rasisme secara online terhadap pemain sepak bola akan dilarang menghadiri pertandingan hingga 10 tahun di bawah undang-undang baru, kata Menteri Dalam Negeri Inggris Priti Patel, dikutip Reuters, Minggu.

Football Banning Orders (Perintah Larangan Sepak Bola), diberlakukan untuk mencegah kekerasan atau kekacauan pada pertandingan yang resmi, melarang individu menghadiri pertandingan selama minimal tiga dan maksimal 10 tahun.

Undang-undang yang ada akan diperluas untuk mencakup pelaku kebencian online setelah Perdana Menteri Boris Johnson berjanji untuk memperketat tindakan pada Juli setelah pelecehan rasis ditujukan kepada pemain kulit hitam Inggris menyusul kekalahan pada final Euro 2020.

Baca juga: Suporter 50 tahun dilarang West Brom ke stadion karena terbukti rasis
Baca juga: PM Inggris kecam pelecehan rasis terhadap pemain sepak bola


"Musim panas ini kami melihat permainan indah dirusak oleh rasisme memalukan yang dikendalikan secara online, yang bersembunyi di balik keyboard mereka dan melecehkan pemain kami," kata Patel seperti dikutip oleh media Inggris.

"Mereka yang bertanggung jawab atas pelecehan rasis yang mengerikan secara online harus dihukum. Perubahan undang-undang yang saya umumkan akan memastikan mereka dilarang menghadiri pertandingan sepak bola."

Undang-undang baru akan diajukan pada awal tahun baru, lapor media Inggris, dalam bentuk amandemen RUU Polisi, Kejahatan, Hukuman dan Pengadilan.

Menurut statistik pemerintah lebih lanjut, ada 1.359 larangan dalam sepak bola yang diberlakukan di seluruh Inggris dan Wales per 1 Agustus.

Baca juga: Liga Premier akan larang suporter rasis ke semua stadion
Baca juga: Liga Inggris dukung pemain berlutut jelang tanding

Pewarta: Fitri Supratiwi
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2021