Setelah melihat hasil yang mulai siginifikan, pada 2017-2021 secara konsisten PKT menurunkan 500 unit terumbu buatan per tahun, dengan bentuk formasi piramida kerangka kubus
Jakarta (ANTARA) - Program rehabilitasi terumbu karang, yang digagas PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim/PKT) di perairan Kota Bontang, Kalimantan Timur, sudah berjalan selama 12 tahun dengan setiap tahun menurunkan terumbu buatan.

Berdasarkan data Pupuk Kaltim yang diterima di Jakarta, Rabu, program rehabilitasi terumbu karang yang dilaksanakan mulai 2009 di area konservasi seluas 20 hektare di perairan Tobok Batang, Kota Bontang, setiap tahunnya dilakukan penambahan 500 unit terumbu buatan yang terus dikembangkan secara berkelanjutan melalui berbagai peningkatan program.

Tercatat hingga 2021, PKT telah menurunkan 6.322 terumbu buatan, dari awal hanya 256 unit yang berbentuk formasi lingkaran kecil. Kini, formasi terumbu menjadi beragam dengan ditumbuhi secara alami 38 genus karang yang ditemui di seluruh area rehabilitasi. Pertumbuhan soft coral dan hard coral tercatat relatif baik, sehingga dapat dijadikan sebagai parameter ukur ekosistem terumbu karang di daerah tersebut.

Dari Pemerintah Kota Bontang tahun 2015, dari 5.464 hektare luas wilayah terumbu karang di perairan Bontang sebanyak 2.500 hektare di antaranya dalam keadaan rusak. Hal ini memacu PKT untuk terlibat sebagai bentuk tanggungjawab sosial Perusahaan terhadap lingkungan.

"Guna memulihkan kembali fungsi dan peranan ekosistem terumbu karang sebagai habitat laut, PKT mengambil tindakan nyata melalui upaya rehabilitasi sumber daya karang yang sudah mengalami kerusakan," kata Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi.

Rahmad mengatakan teknik rehabilitasi terumbu karang buatan menggunakan beton sebanyak 6.322 unit, dengan luas mencapai 8.356 meter persegi dalam kurun waktu 2009-2021.

Setelah penurunan perdana 256 unit pada 2009, selanjutnya PKT menurunkan 566 unit terumbu buatan pada 2011, membentuk formasi tulisan PKT. Pada 2012 ditambah 1.000 unit terumbu buatan dalam 2 periode pemasangan, lalu pada 2013 sebanyak 500 unit, pada 2014 sebanyak 500 unit dan 2015 dipasang 500 unit.

"Setelah melihat hasil yang mulai siginifikan, pada 2017-2021 secara konsisten PKT menurunkan 500 unit terumbu buatan per tahun, dengan bentuk formasi piramida kerangka kubus," kata Rahmad.

Sejak 2017 PKT juga mulai memberdayakan nelayan di Kelurahan Loktuan, Bontang Utara, sebagai kawasan terdekat Perusahaan untuk pembuatan hingga penurunan dan perawatan terumbu buatan secara berkala. Langkah ini adalah hasil musyawarah dengan Pemerintah Kota Bontang melalui Kelurahan Loktuan, agar masyarakat ikut andil dalam menjaga ekosistem perairan.

"Kini, kelompok Kimasea telah meninggalkan kebiasaan pencarian ikan dengan cara illegal. Bahkan mereka secara sukarela juga bersedia menjaga terumbu karang buatan yang telah diturunkan melalui monitoring berkala," kata Rahmad.

Selain didapati 38 genus karang, kawasan rehabilitasi terumbu buatan PKT ini juga mengalami peningkatan jenis ikan mencapai 38 famili ikan karang dari sebelumnya enam famili ikan karang pada 2009, dengan indeks keanekaragaman hayati karang sebesar 3,21 dan indeks keanekaragaman hayati ikan karang 1,94 pada pemantaun terahir.

Beberapa jenis ikan karang yang ditemukan di sekitar terumbu buatan PKT adalah ikan kepe-kepe (butterflyfish), kakatua (parrotfish), kakap (snapper), kerapu (grouper), botana (surgeonfish), baronang (rabbitfish), ikan ekor kuning (fusilier), ikan bibir tebal (sweet lips) dan udang mantis.

Dari jenis tersebut, ikan yang dominan ditemukan pada kurun 2009-2016 yakni ikan pemakan algae pada permukaan terumbu buatan, seperti parrotfish, rabbitfish dan surgeonfish. Ada juga ikan fusilier yang merupakan pemakan plankton, yang tersebar di sekitar terumbu buatan.

Sedangkan pada 2017-2019, ditemukan ikan konsumsi dengan ukuran besar, seperti kerapu (goupper) dengan ukuran lebih dari 30 cm. Jumlah ini semakin berkembang hingga 2021, seiring kenaikan jumlah penempelan karang pada terumbu pasca dilakukan transplantasi untuk mempercepat pertumbuhan.

"Pemantauan terumbu buatan rutin dilakukan oleh Departemen Lingkungan Hidup PKT dan Departemen CSR, bekerja sama dengan Pupuk Kaltim Diving Club (PKTDC), untuk mengetahui organisme karang yang tumbuh pada permukaan terumbu, serta jumlah ikan yang memanfaatkan keberadaan terumbu tersebut," lanjut Rahmad.

PKT terus mengembangkan pengelolaan program rehabilitasi terumbu secara berkesinambungan, termasuk meningkatkan kesadaran masyarakat dengan mengajak seluruh pihak berperan untuk lebih berkomitmen menjaga ekosistem perairan secara konsisten.

Baca juga: Tutup tahun 2021, kinerja produksi Pupuk Kaltim lampaui target RKAP
Baca juga: Pusri catat produksi pupuk pada 2021 lampaui 2020
Baca juga: Pupuk Kaltim raih Proper Emas ke-5 dari KLHK

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022