Kairo (ANTARA News/AFP) - Aparat keamanan Mesir menangkap seorang perwira Israel yang bekerja untuk badan intelijen Mossad atas tuduhan mata-mata, kata kantor berita resmi Mesir MENA, Minggu.

Jaksa keamanan negara memerintahkan penahanan pria itu selama 15 hari sambil menunggu penyelidikan atas tuduhan "memata-matai Mesir dengan tujuan merusak kepentingan-kepentingan politik dan ekonominya", siar MENA.

Televisi pemerintah Mesir mengatakan bahwa "perwira Mossad", seorang warga negara Israel, tiba di Mesir tak lama setelah meletusnya pemberontakan 25 Januari yang akhirnya menumbangkan Presiden Hosni Mubarak, dan ia berusaha "mengobarkan kekacauan dan kekerasan sektarian".

Badan intelijen Mesir mencurigai pria "yang menyamar sebagai wartawan asing" yang meliput protes anti-pemerintah di Lapangan Tahrir di Kairo melakukan kegiatan mata-mata dan mengawasi gerak-geriknya serta panggilan-panggilan teleponnya sebelum menangkapnya, kata MENA.

Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan tidak mengetahui laporan-laporan mengenai warga negara Israel yang ditangkap di Mesir.

Para analis Israel mengatakan, laporan-laporan bahwa seorang warga Israel ditangkap karena melakukan kegiatan mata-mata untuk Mossad di Kairo tampak aneh.

"Saya tidak bisa membayangkan akan ada reaksi Israel, namun siapa pun yang mengetahui bahkan sedikit mengenai hal ini tahu bahwa tidak ada orang Israel dengan paspor Israel yang berada di sebuah ibu kota negara asing yang mengumpulkan informasi-informasi," kata Ehud Yaari, seorang analis berita Saluran 2.

Tahun lalu Mesir, yang menandatangani perjanjian perdamaian dengan Israel pada 1979, mengatakan, pengakuan seorang warga Mesir yang dituduh melakukan aksi mata-mata untuk Israel telah mengarah pada penghancuran tiga sel spionase di Lebanon dan Suriah.

Mesir dilanda pergolakan anti-pemerintah sejak 25 Januari.

Buntut dari demonstrasi mematikan selama lebih dari dua pekan di negara itu, Presiden Hosni Mubarak mengundurkan diri pada 11 Februari setelah berkuasa 30 tahun dan menyerahkan kekuasaan kepada Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata, sebuah badan yang mencakup sekitar 20 jendral yang sebagian besar tidak dikenal umum sebelum pemberontakan yang menjatuhkan pemimpin Mesir itu.

Sampai pemilu dilaksanakan, dewan militer Mesir menjadi badan eksekutif negara, yang mengawasi pemerintah sementara yang dipimpin perdana menteri.

(Uu.M014) (ANTARA)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011