Manado (ANTARA) - Deputy Manager External Relation PT Meares Soputan Mining/Tambang Tondano Nusajaya (MSM/TTN), Hery Rumondor berharap Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sulut, memperhatikan kondisi tingginya curah hujan saat itu ketika terjadi longsor.

"Kami menghormati setiap pendapat LSM seperti WALHI, sebagai bagian pihak terkait kita dalam mengontrol keberlangsungan lingkungan hidup," kata Hery di Manado, Selasa.

Menurut dia, curah hujan sebelum dan pada saat kejadian ada pada kisaran angka 141 milimeter dan hal ini tergolong ekstrem.

Hery juga menyebutkan tidak ada jembatan yang hancur sebagai akibat terjadinya bencana longsor di area Kayuwale, Kelurahan Pinasungkulan.

Baca juga: Masyarakat minta Kapolda Sulut tangkap aktor intelektual pembunuhan

Baca juga: Perusahaan tambang swasta tingkatkan eksplorasi di Sulut


Sementara pelaksanaan peledakan (blasting) oleh PT MSM/PT TTN, dilakukan secara terukur dengan mengacu pada standar ambang batas getaran, yakni di bawah lima milimeter/detik.

Sedangkan keretakan jalan sudah ada sekitar sepekan sebelum kejadian, dan dilakukan beberapa kali penimbunan oleh Balai Jalan dan PT MSM dan kondisi hujan yang terus- menerus juga menghambat rencana lanjutan perbaikan jalan.

Dia menambahkan kesaksian masyarakat pemerintah Kelurahan Pinasungkulan dan Kecamatan Ranowulu yang ada di lapangan, bahwa jalan amblas dan longsor, terjadi terlebih dahulu, dan longsor di dinding tambang baru terjadi pada pagi hari.

Ruas jalan yang longsor di Kelurahan Pinasungkulan menjadi salah satu jalur menuju ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Likupang, kawasan pariwisata super prioritas yang ditetapkan pemerintah pusat.*

Baca juga: Polda Sulut kejar pelaku penembakan di lokasi tambang PT BDL

Baca juga: KLHK perintahkan penambangan emas tanpa izin di Sulut dihentikan

Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022