Lubukbasung (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat, menangani konflik manusia dengan satwa liar jenis harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) pada dua lokasi di Kabupaten Pasaman Barat.

"Kita menangani konflik manusia dengan satwa ini secara bersamaan," kata Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA Sumbar, Ade Putra, di Lubukbasung, Rabu.

Ia mengatakan, penanganan konflik itu pertama dilakukan di lokasi perkebunan kelapa sawit bekas lahan plasma PT Pasaman Marama Sejahtera (PMS) yang sudah beralih kepemilikan di Jorong Situak, Nagari Situak Ujung Gading, Kecamatan Lembah Malintang.

Baca juga: BKSDA Sumbar turun ke Pasaman Barat pastikan video harimau

Konflik itu diketahui setelah viralnya video satwa dilindungi UU Nomor 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya itu mendekati operator dan kenek alat berat jenis excavator saat membuka jalan di kebun kelapa sawit itu.

Setelah mengetahui, BKSDA Sumatera Barat menurunkan tim dari Resor Agam dan Resor Pasaman untuk verifikasi, identifikasi lapangan dan melakukan wawancara dengan dua pekerja itu.

Baca juga: Tim pengusir harimau di Mukomuko gunakan meriam karbit

Dari hasil verifikasi, lokasi kemunculan satwa berada di perkebunan kelapa sawit bekas Plasma PT. Pasaman Marama Sejahtera (PMS) yang telah beralih kepemilikan di Jorong Situak, Nagari Situak Ujung Gading, Kecamatan Lembah Malintang, Pasaman Barat.

Satwa muncul dekat alat berat yang sedang bekerja melakukan perbaikan jalan kebun dan bertemu dengan para pekerja. Lokasi ini sendiri berada sekitar dua kilometer dari kawasan hutan lindung yang merupakan landscape Danau Laut Tinggal. "Kami memasang kamera jebak untuk memonitor keberadaan satwa," katanya.

Untuk lokasi kedua, katanya, berada di PT Bakrie Pasaman Plantations di Nagari Sungai Aur, Kecamatan Sungai Aur, setelah mendapatkan laporan dari manajemen perusahaan itu. Tim BKSDA Sumbar ke lokasi munculnya satwa ini bersama dengan karyawan perusahaan itu.

Baca juga: Perjuangan 41 hari berburu harimau Sumatera di Palembayan Agam

"Lokasi munculnya harimau ini dengan jarak sekitar 14 kilometer dari landscape Danau Laut Tinggal. Konflik pertama dengan kedua dengan jarak 16 kilometer," katanya.

Ia mengatakan, Tim BKSDA Sumbar akan melakukan penghalauan satwa ke kawasan hutan lindung siang dan malam dengan cara bunyi-bunyian di lokasi perkebunan kelapa sawit itu. "Penghalauan itu kita lakukan untuk tiga hari kedepan dan melihat tanda keberadaan satwa itu. Kami meminta untuk sementara waktu aktifitas di lahan itu dihentikan untuk keselamatan pekerja," katanya.

Harimau ini masuk ke perkebunan kelapa sawit akibat kekurangan pakan berupa babi hutan, karena babi banyak ditemukan dalam kondisi mati oleh para pekerja kebun pada 2021.

Baca juga: BKSDA berupaya evakuasi harimau di permukiman warga Maua Hilia Agam

Sementara Quality Healt Safety Environmental Head PT Bakrie Pasaman Plantations, Rozi Afrianto, menambahkan harimau itu pertama kali dilihat karyawan saat bekerja di lahan kepala sawit pada Sabtu (15/1). ”Satwa itu dijumpai oleh beberapa karyawan saat melakukan aktivitas penyemprotan dan karyawan menemukan satwa itu tiga kali," katanya.

Setelah melihat ada satwa liar dan buas, karyawan langsung menghindari dan langsung melaporkan ke manajemen. Manajemen langsung berkoodinasi dengan BKSDA Sumatera Barat, sementara jumlah satwa yang ada di lokasi perkebunan masih simpang siur. Ada melihat anaknya dan induknya.

Baca juga: Tahun 2021, konflik satwa liar di Aceh masih jadi sorotan

"Laporan terakhir yang kami peroleh satwa masuk ke sekitar perumahan. Setelah dilakukan observasi, jumlah individu masih diragukan, namun dari keterangan petugas BKSDA, apabila ada anak, pasti ada induknya," katanya.

Ia menambahkan, aktivitas karyawan di lokasi ditemukan harimau untuk sementara diisolasi dan meminta bantuan ke tim satpam untuk memastikan karyawan tidak melakukan aktivitas di tempat dijumpai satwa ini.

Selain itu, mengimbau masyarakat dan karyawan untuk tidak melakukan aktifitas keluar malam. "Ini mengantisipasi satwa liar dan tidak menjadi korban," katanya. 
Baca juga: Harimau sumatera yang ditangkap di Palas ditangani secara medis
 

Pewarta: Altas Maulana
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2022