Kalau mau vaksinasi, harus tenang, percaya diri, tidak harus lihat WhatsApp Group
Jakarta (ANTARA) - Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas KIPI) menyebut faktor sugesti kecemasan (nocebo) menempati peringkat kedua efek samping vaksin COVID-19 kepada peserta.

"Nocebo ini menjadi peringkat kedua penyebab efek samping vaksin COVID-19 di Indonesia. Walaupun angkanya masih sangat kecil sekali," kata Ketua Komnas KIPI Hindra Irawan Satari yang dikonfirmasi melalui sambungan telepon di Jakarta, Senin sore.

Menurut keterangan WHO, kata Hindra, nocebo dikenal sebagai respons terkait stres imunisasi (Immunization stress-related response/ISRR) atau respons terhadap stres yang mungkin dirasakan beberapa individu saat menerima suntikan. Sebelumnya, kondisi psikologi itu digambarkan sebagai Adverse Event After Immunization yang timbul dari kecemasan tentang imunisasi.

Menurut Hindra dari sekitar 300 juta dosis vaksin COVID-19 yang diberikan kepada masyarakat di Indonesia, nocebo menempati peringkat kedua terbanyak setelah faktor coincidence atau tidak terkait dengan vaksin yang diberikan.

"Faktor lainnya (penyebab KIPI) bisa karena faktor tidak dapat ditentukan dan kekeliruan prosedur, tapi di Indonesia tidak ada," katanya.

Baca juga: Komnas KIPI: Penyakit serius usai imunisasi bukan karena vaksinasi

Baca juga: Orang tua diminta laporkan KIPI pada anak usai divaksinasi COVID-19


Saat ditanya terkait besaran angka nocebo di Indonesia, Hindra menyebut angkanya sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah peserta vaksinasi COVID-19 di Indonesia yang telah menembus 300 juta dosis.

"Kalau bicara angka sangat kecil, karena jumlah vaksin yang disuntikkan 300 juta dosis secara proporsi sangat kecil tapi nomor dua penyebab KIPI," katanya.

Gejala nonspesifik yang dialami peserta vaksinasi nocebo seperti sakit kepala dan kelelahan, kata Hindra menambahkan.

Faktor psikologi nocebo dapat diantisipasi peserta vaksinasi di Indonesia dengan cara menghindar dari berbagai berita maupun kabar yang dapat memicu rasa cemas.

"Harus ada persiapan kalau mau vaksinasi, harus tenang, percaya diri, tidak harus lihat WhatsApp Group, berkegiatan seperti biasa, saat antre tidak lihat berita negatif dan setelah vaksinasi juga sama," katanya.

Selain itu, Hindra juga menyarankan peserta vaksinasi untuk berangkat ke lokasi penyuntikan bersama-sama dengan keluarga atau kolega dengan hati tenang dan kondisi tubuh yang sehat.

Hindra menambahkan penyuntikan sebanyak 300 juta dosis di Indonesia telah membuktikan bahwa vaksin COVID-19 masih dikategorikan aman bagi masyarakat.

"Sekarang ini sudah 300 juta dosis. Masa tidak aman?," katanya.

Dilansir dari laman Merriam-Webster, studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal JAMA Network Open menunjukkan hampir dua pertiga dari efek samping vaksin COVID-19 seperti sakit kepala dan kelelahan muncul karena nocebo.

Temuan ini didapat setelah peneliti menganalisa data dari 12 uji klinis vaksin COVID-19 pada 22.802 orang yang dibandingkan dengan 22.578 orang yang menerima suntikan plasebo atau suntikan kosong yang tidak mengandung vaksin dan tidak berdampak pada pasien. Penerima plasebo tidak diberi tahu bahwa mereka menerima suntikan kosong.

Hasilnya, lebih dari 35 persen penerima plasebo mengalami gejala yang memengaruhi seluruh tubuh seperti demam, sakit kepala, dan kelelahan. Sebanyak 16 persen penerima plasebo juga mengalami satu gejala lokal seperti nyeri di tempat suntikan, kemerahan, atau bengkak.

Sementara itu, pada kelompok penerima vaksin, 46 persen mengalami setidaknya satu efek samping sistemik dan dua pertiga melaporkan satu gejala lokal.

Peneliti lalu menyimpulkan bahwa efek samping yang terjadi pada penerima vaksin merupakan efek nocebo, mengingat banyak efek sama juga terjadi pada kelompok plasebo.

Baca juga: Satgas COVID-19: Uji klinis vaksinasi penguat tidak ada indikasi KIPI

Baca juga: Komnas sebut KIPI akibat vaksin COVID-19 paling banyak nonserius

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022