Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Koesmedi Priharto mengatakan keterisian tempat tidur di rumah sakit (BOR) menjadi naik akibat dari trauma masyarakat saat menghadapi gelombang COVID-19 varian Delta.

“Kita tahu bawa trauma kemarin pada bulan Juni dan Juli itu merupakan trauma yang berat untuk masyarakat kita,” kata dia dalam Polemik MNC Trijaya bertajuk “Menahan Gelombang Omicron” yang diikuti secara daring di Jakarta, Sabtu.

Ia menuturkan saat terjadi lonjakan kasus akibat varian Delta pada Juli dan Agustus 2021, banyak masyarakat yang gagal melakukan isolasi secara mandiri.

Trauma tersebut akhirnya membuat banyak pasien COVID-19 dengan gejala yang ringan enggan melakukan isolasi mandiri di rumah dan pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Akibatnya, angka BOR saat ini mengalami kenaikan secara signifikan.

Padahal, bila melihat anjuran dari pemerintah saat ini, pasien yang disarankan untuk dirawat di rumah sakit adalah mereka dengan gejala sedang, berat, atau mengalami masa kritis.

Baca juga: Satgas: 58 persen kasus Omicron terdeteksi tanpa gejala

Di sisi lain, terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan masyarakat enggan melakukan isolasi mandiri, seperti rumah yang tidak memadai, adanya keluarga dengan penyakit komorbid atau tinggal dengan lansia.

“Sehingga sekarang ketika ada keluarga yang sakit walaupun sakitnya ringan, sebenarnya mereka memilih untuk tinggal di rumah sakit karena mereka tahu, kondisi di rumahnya tidak memungkinkan untuk dirawat,” kata Koesmedi.

Ia turut menegaskan bila rumah sakit tidak serta merta memperbolehkan atau menerima pasien dengan gejala ringan untuk dirawat.

Pihak manajemen rumah sakit biasanya akan memberikan surat pernyataan yang menerangkan bahwa biaya perawatan pasien tersebut tidak dapat ditanggung oleh pemerintah.

Isi surat pernyataan tersebut juga menyarankan supaya pasien dengan gejala ringan untuk melakukan isolasi mandiri di kediaman masing-masing, sesuai dengan anjuran yang saat ini diberikan pemerintah guna menjaga keterisian tempat tidur tetap stabil.

Apabila masyarakat bersikeras mendapatkan perawatan, katanya, biaya akan ditanggung oleh individu.

“Kita sudah berusaha semaksimal mungkin. Pemerintah sudah memfasilitasi semuanya dengan baik. Diharapkan itu pun juga bisa berjalan dengan baik,” katanya.

Baca juga: Persi: Pandemi COVID-19 telah ubah tatanan rumah sakit
Baca juga: Satgas COVID-19 minta seluruh posko desa/kelurahan segera diaktifkan


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022