Istanbul (ANTARA News/Reuters) - Tiga warga Chechnya, seorang diantaranya memiliki hubungan dekat dengan pemimpin militan paling diburu di Rusia, dimakamkan Senin setelah mereka ditembak mati di Istanbul pekan lalu, kata sebuah kelompok advokasi.

Polisi Turki memulai penyelidikan untuk menemukan dalang pembunuhan itu, kata media, setelah kelompok advokasi yang berkantor di Istanbul menuduh agen-agen khusus Rusia melakukan penembakan tersebut.

Ratusan orang berkumpul di sebuah masjid pada Minggu untuk mendoakan ketiga orang itu, yang ditembak mati pada Jumat siang di sebuah jalan pinggiran di kota Turki tersebut.

"Seluruh divisi kepolisian disiagakan untuk memecahkan pembunuhan itu," kata harian Hurriyet di situs beritanya, Senin.

Ketiga orang itu dibunuh dalam waktu 15 detik dengan 11 peluru yang ditembakkan dari sebuah pistol dengan peredam suara, katanya. Polisi Istanbul menolak berkomentar mengenai kasus itu.

Menurut kavkazcenter.com, sebuah situs yang terkait dengan gerilyawan muslim di Kaukasus Utara Rusia, salah satu dari ketiga korban tewas itu adalah Berg-Hadj Musayev, pembantu dekat pemimpin utama militan Rusia Doku Umarov.

Imkander, sebuah kelompok pendukung Kaukasus di Istanbul, menuduh intelijen Rusia bertanggung jawab atas serangan itu.

"Intelijen Rusia, yang sebelumnya membunuh secara brutal... komandan-komandan Chechnya di Turki dengan cara yang sama, melakukan pembunuhan lagi di pusat kota Istanbul," kata pemimpin kelompok itu, Murat Ozer, dalam sebuah pernyataan.

Ozer menunjuk pada pembunuhan tiga mantan komandan gerilya Chechnya di Istanbul pada 2009.

Pemberontakan muslim di Kaukasus Utara Rusia yang bertujuan mendirikan sebuah negara Islam di kawasan itu dipimpin oleh Umarov, pejuang kelahiran Chechnya yang menjadi orang paling diburu di Rusia saat ini.

Umarov adalah pemimpin Emirat Kaukasus yang melancarkan serangan-serangan di Chechnya dan wilayah lain yang berpenduduk muslim di Kaukasus Utara. Umarov juga mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri yang dilancarkan oleh seorang pelaku dari Kaukasus Utara yang menewaskan 37 orang di bandara terpadat Rusia Domodedovo pada Januari.

Amerika Serikat memasukkan Emirat Kaukasus ke dalam daftar kelompok teroris karena serangan-serangannya dalam upaya mengusir pemerintah Rusia dari kawasan Kaukasus Utara.

Emirat Kaukasus, yang juga dikenal sebagai Imarat Kavkaz atau IK, dituduh melakukan banyak serangan yang mencakup serangan terhadap kereta-api Rusia berkecepatan tinggi pada November 2009 dan pemboman bunuh diri di luar Kementerian Dalam Negeri Chechnya pada Mei 2009, kata kementerian AS.

AS juga menawarkan hadiah lima juta dolar bagi informasi yang mengarah pada lokasi pemimpin kelompok tersebut, Doku Umarov.

Dalam rekaman video yang dipasang pada Februari, Umarov mengatakan, Rusia akan menghadapi "tahun darah dan air mata" jika mereka menolak meninggalkan wilayah-wilayah Kaukasus Utara, dan dalam wawancara terpisah pada Mei ia mengatakan bahwa pembunuhan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden tidak akan menghentikan perjuangan muslim garis keras.

Kekerasan berkobar di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim, dimana gerilyawan yang marah karena kemiskinan dan terdorong oleh ideologi jihad global ingin mendirikan sebuah negara merdeka yang berdasarkan hukum sharia.

Dagestan, yang terletak di kawasan pesisir Laut Kaspia, telah menggantikan wilayah-wilayah tetangganya sebagai pusat kekerasan di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim.

Dagestan berbatasan dengan Chechnya di Kaukasus Utara, dimana Rusia menghadapi kekerasan muslim garis keras, dan provinsi yang berpenduduk mayoritas muslim itu seringkali dilanda serangan dengan sasaran aparat penegak hukum dan pejabat pemerintah.

Serangan-serangan itu telah membuat Kremlin berjanji lagi menumpas gerilyawan di Kaukasus Utara. Wilayah tersebut dilanda kekerasan sejak dua perang pasca-Sovyet terjadi di Chechnya antara pasukan pemerintah dan gerilyawan separatis. (*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011