Bandung (ANTARA News) - Selama acara Festival Braga berlangsung sejumlah jalan disekitar acara diberlakukan rekayasa jalur, kata Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandung, Prijo Soebiandono, di Bandung, Sabtu.

Ia mengatakan, rekayasa tersebut berlaku di Jalan Tamblong dan Lembong di mana yang biasanya satu arah kini diberlakukan dua arah.

"Ini karena selama tiga hari Jalan Braga di tutup, dan untuk memberikan jalur ke arah Jalan Suniaraja, Wastukencana, dari arah Tamblong, Lembong, Asia-Afrika dan Braga," katanya.

Menurut dia, dengan upaya tersebut guna menghindari kemacetan parah di jalan-jalan tersebut, dan menurut pandangannya upaya tersebut dinilai berhasil meski masih terlihat ada kemcetan di sekitar Jalan Braga tersebut.

"Kemacetan memang ada seperti di Jalan Naripan, tetapi tidak parah dan panjang, dan itu juga karena masih ada sejumlah warga yang belum tau akan adanya penutupan tersebut dan rekayasa jalan," ujarnya.

Dengan demikian, ia mengatakan, bila Jalan Braga selamanya dijadikan pedestrian atau kawasan pejalan kaki tanpa kendaraan bermotor tidak akan ada masalah bila dilihat dari segi kenyamanan lalu lintas.

"Namun, ada satu masalah, yakni parkir dan akses khusus untuk salah satu hotel baru yang ada di Jalan Braga ini, karena kalau di tutup aksesnya, maka pengunjung hotel akan sulit masuk," katanya.

Kemudian, ia mengatakan, masalah parkir juga harus dipecahkan dulu bila ingin Braga menjadi pedestrian selamanya, karena pengungjung yang akan ke pedestrian tersebut tentunya harus ada tempat parkir yang memadai.

"Sekarang tempat parkir kita masih kurang jadi harus kita pikirkan dulu itu tetapi secara sudut pandang lalu lintas itu tidak ada masalah," ujar Prijo.

Sementara itu, Aboy, selaku warga dari kawasan Ahmad Yani,  tidak setuju dengan dijadikannya Braga sebagai tempat pedestrian selamanya karena akan merusak perekonomian pengusaha di Braga sendiri.

Kemudian, ia mengatakan, lingkungan kebersihan selama Festival Braga tersebut harus lebih diperhatikan karena sampah dari pengunjung cukup mengganggu pemandangan meski kegiatan tersebut dinilainya sudah bagus. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011